Mohon tunggu...
Arai Jember
Arai Jember Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Katakan Dengan Tulisan Jika Tak Sanggup Berlisan

Menulis itu investasi. Setiap kebenaran tulisan adalah tanaman kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Book Streisand Effect: Pemantik Jitu Cinta Buku

8 Oktober 2020   07:59 Diperbarui: 8 Oktober 2020   08:06 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: republika.co.id

Apa yang disukai, tidak selalu baik. Apa yang dibenci, tidak selalu buruk. Beberapa abad lalu, hal ini pernah disampaikan dalam Alquran (QS Al-Baqarah ayat 216). Karena memang begitu tabiat alami pada manusia. Boleh jadi insting yang dimilikinya tak sejalan dengan ketetapan asli dari sang pembuat skenario hidup. 

Belakangan, fenomena dengan konteks senada terjadi pada sebuah buku. Muhammad Al-Fatih 1453, karya ustadz kenamaan berinisial UTS. Sebenarnya publik sudah mengetahui keberadaan buku ini sejak beberapa tahun lalu. Sebab memang pernah dijual bebas di toko buku. 

Namun, ada yang keberatan ketika buku tersebut disarankan sebagai bacaan anak SMA di suatu wilayah. Mengutip dari instagram Ustadz Hafidz Abdurrahman, beliau menulis: "Saya baru tahu, di zaman canggih, di era 4.0, era teknologi dan digital masih ada orang takut dengan buku. Seolah melihat hantu. Padahal, bukunya sangat bermutu, yang sudah dibaca berbagai kalangan. Mulai dari pejabat, artis hingga anak-anak." [1]

Bagaimana kira-kira dengan respon publik yang membaca berita dengan topik terkait? Bisa bermacam-macam. Bagi yang sudah pernah membaca bukunya, sekiranya akan teguh pada mutu buku. Tak bergeming dengan opini yang digulirkan. Bagi yang belum pernah membaca, apa reaksinya? 

Percaya opini atau justru semakin ingin mengetahui isi buku sebenarnya. Bila yang semakin tahu isi bukunya, pasti akan bergerak mencari, lalu membaca, dan memikirkan kebenaran opini dengan hasil bacanya. Inilah Streisand Effect, fenomena ketika upaya untuk menyembunyikan, menghapus, atau menyensor informasi malah membuat informasi tersebut tersebar lebih luas. Semakin ditutupi semakin dicari. 

Yang menarik untuk disoal adalah: apa isi buku itu? Bukankah isinya mengisahkan bagaimana penaklukan Konstantinopel oleh Muhammad Al-Fatih? Padahal sebagaimana diketahui, Muhammad Al-Fatih adalah panglima terbaik yang berhasil merealisasikan sabda Nabi.

"Konstantinopel itu pasti akan dibuka (ditaklukan). Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinya, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya." (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad 4/235, Bukhori dalam Tarikh Shoghir hal. 139, Thobroni dalam Al Kabir 1/119/2, Hakim 4/4/422, Ibnu Asakir 16/223 dan lainnya). [2]

Dalam sosok Muhammad Al-Fatih terdapat kepribadian yang fantastis. Usia mudanya dihabiskan untuk meraih sebaik-baik upaya demi merealisasikan kabar gembira dari baginda Nabi. Tak pernah meninggalkan shalat tahajud, menguasai 9 bahasa, ahli sirah, sejarah, geografi, dan politik. Bukankah sosok ini lebih layak dijadikan panutan? 

Setidaknya ada kontribusi nyata dari Muhammad Al-Fatih, kontribusi agung yang mengubah perdananya dunia menjadi lebih bermartabat dengan Islam. Dan jejak kegemilangan itu masih ada, masih tersisa hingga saat ini. Menjadi bukti bagi yang mau berpikir. Menjadi inspirasi bagi mereka yang mencari sosok teladan untuk diidolakan. 

Keutamaan Al-Fatih jelas berseberangan dengan kondisi generasi asuhan kapitalis liberal. Generasi yang tumbuh dalam dekapan sekularisasi, mematuhi dan mengamalkan perintah Tuhan seluas lingkup ibadah ritual. Mencari sosok teladan untuk dijadikan panutan dari manusia terkenal yang gaya hidupnya tidak sejalan dengan Islam. Akibatnya bukan kegemilangan yang dijejakkan, melainkan keadaan memprihatinkan yang kian hari kian mengkhawatirkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun