Mohon tunggu...
Ajeng Arainikasih
Ajeng Arainikasih Mohon Tunggu... Sejarawan - Scholar | Museum Expert | World Traveller

Blogger - Writer - Podcaster www.museumtravelogue.com www.ajengarainikasih.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Museum Oud Batavia

28 Juni 2020   08:19 Diperbarui: 28 Juni 2020   08:18 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Oud Batavia 1940 Foto: Collectie Stichting Nationaal Museum van Wereldculturen (dari Wikipedia)

Bulan Desember 1939 surat kabar Bataviaasch Nieuwsblad memberitakan bahwa Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat memberikan pidato sambutan pada pembukaan Museum Oud Batavia. Namun, Museum Oud Batavia sendiri baru dibuka untuk umum pada bulan Januari 1940. Pada pidato sambutannya, Hoesein Djajadiningrat menyatakan bahwa di tahun 1937, dalam rangka merayakan ulang tahun JP Coen ke-350, Bataviasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen membeli gudang tua perusahaan Geo Wehry and Co. guna dijadikan museum. 

Pembelian tersebut disponsori oleh perusahaan-perusahaan besar Belanda. Bangunan (museum) kemudian "dipinjamkan" kepada Oud Batavia Foundation yang akan menjalankan manajemen Museum Oud Batavia. 

Surat-surat kabar pada masa itu, seperti De Indische Courant dan De Sumatra Post, juga memberitakan bahwa pada tahun 1934 makam JP Coen ditemukan dibawah bangunan gudang perusahaan Geo Wehry and Co. Kebetulan, gudang tersebut berdiri di bekas bangunan gereja tua, di bilangan Kota Tua Jakarta saat ini. 

Pemberitaan berlanjut dengan menyebutkan bahwa J.F.L. Blankenberg merupakan arsitek yang mendesain Museum Oud Batavia.

Fasad bagian depan museum, yang menghadap ke alun-alun Balai Kota, didesain berbentuk seperti fasad rumah-rumah di Belanda. Sedangkan, bagian tengah bangunan akan dihancurkan dalam rangka membuat Monumen Coen (yang dipercaya sebagai makam JP Coen). Monumen tersebut juga mempreservasi makam beberapa petinggi VOC lainnya. 

Sebagai museum kota, Museum Oud Batavia tentu saja didirikan untuk melestarikan sejarah Kota Batavia, terutama sejarah orang-orang Eropa di Batavia. Koleksinya berasal dari sumbangan perorangan, juga dari Museum Bataviasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (kini Museum Nasional Indonesia). De Javasche Bank bahkan membeli dan menyumbangkan lukisan JP Coen untuk museum. 

Melalui harian Bataviaasch Nieuwsblad, diketahui pula bahwa di tahun 1940 museum membeli koleksi-koleksi lain. Yakni bagian-bagian rumah (dibangun abad 18) dari rumah Kapiten Arab Abdulla Daoud, meriam, dan Monumen Pieter Erberveld - monumen pecah kulit yang legendaris. 

Selama kurun waktu 1940-1942 (sebelum Jepang datang) Museum Oud Batavia juga rajin menyelenggarakan pameran-pameran temporer. Pernah pamerannya membahas mengenai Kastil Batavia. Atau menampilkan lukisan-lukisan karya Johannes Rach yang mengilustrasikan Batavia di masa lalu. 

Ketika Jepang berkuasa, harian Asia Raya mengabarkan bahwa pengelolaan museum diambil alih ke tangan pemerintah kota.

Nama Museum Oud Batavia pun diubah menjadi Museum Sedjarah Djakarta Lama. Ya! Museum Oud Batavia adalah cikal bakal dari Museum Sejarah Jakarta - kini dikenal pula dengan nama Museum Fatahillah.

Namun, Museum Sejarah Jakarta saat ini bertempat di bekas gedung Balai Kota Batavia. Sedangkan gedung Museum Oud Batavia yang didesain tahun 1937 kini menjadi Museum Wayang. 

Last but not least, walaupun sudah terlambat sekitar satu minggu, tapi masih boleh kan mengucapkan Happy belated Birthday, Jakarta! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun