Mohon tunggu...
Ajeng Arainikasih
Ajeng Arainikasih Mohon Tunggu... Sejarawan - Scholar | Museum Expert | World Traveller

Blogger - Writer - Podcaster www.museumtravelogue.com www.ajengarainikasih.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Orang Indo, Orang Maluku, dan Kisah Mereka di Museum Belanda

3 Juni 2020   16:45 Diperbarui: 3 Juni 2020   22:09 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu sudut display di Dutch Resistance Museum mengenai pendudukan Jepang di Indonesia | dokpri

Di museum ini orang Maluku benar-benar ditampilkan sebagai teman yang membantu orang Belanda dan Indo. Bahkan, diceritakan kalau banyak grup resistensi yang dibentuk oleh komunitas Maluku untuk membantu orang-orang Belanda dan Indo yang dimasukkan ke camp internir oleh Jepang. 

Kisah tentang resistensi yang dilakukan oleh orang Maluku di Dutch Resistance Museum, Amsterdam | dokpri
Kisah tentang resistensi yang dilakukan oleh orang Maluku di Dutch Resistance Museum, Amsterdam | dokpri
Bagi saya yang orang Indonesia, narasi seperti ini terasa agak aneh, karena bagi saya orang Maluku adalah orang Indonesia juga. Tetapi bagi Belanda, menceritakan peran orang Maluku secara terpisah dari orang Indonesia pada umumnya penting untuk politik internal mereka. 

Museum bahkan meredefinisi peran komunitas Maluku. Orang Maluku tidak ditampilkan sebagai kelompok yang dulunya dijajah atau dipekerjakan oleh Belanda sebagai tentara KNIL, tetapi sebagai "partner", "teman", atau bahkan "saudara" bagi Belanda. 

Museum Bronbeek, Arnhem | dokpri
Museum Bronbeek, Arnhem | dokpri
Museum Bronbeek di Arnhem agak berbeda. Museum Bronbeek ini dulunya adalah museum militer, namun di tahun 2009/2010 mereka meredesain tata pamernya dan bekerja sama dengan Indisch Remembrance Centre.

Hasilnya, sejarah official berpadu dengan memori dan cerita perseorangan (terutama Belanda dan Indo). Tata pamer museum dibagi menjadi 6 ruangan, dari datangnya VOC hingga "dipulangkannya" postcolonial immigrant ke Belanda tahun 1950-1963. 

Yang menarik, selain menampilkan cerita personal, museum ini juga berusaha menampilkan berbagai sudut pandang. Misalnya, saat membahas mengenai Perang Aceh dan Perang Diponegoro, ditampilkan versi Belanda dan versi Indonesia. Sedangkan, ruangan tentang zaman Jepang di Museum Bronbeek menurut saya didesain dengan sangat tricky. 

Ruangannya dibuat agak berundak, dengan desain bendera Jepang di sisi belakang ruangan. Namun, cerita tentang orang-orang yang masuk camp ditampilkan di lantai (juga di dinding sisi kiri dan kanan). Jadi, pengunjung harus agak membungkuk untuk membaca ceritanya. Bagaikan membungkuk ke bendera Jepang di era 1942-1945 lalu. 

Ruangan tentang zaman pendudukan Jepang di Museum Bronbeek, Arnhem | dokpri
Ruangan tentang zaman pendudukan Jepang di Museum Bronbeek, Arnhem | dokpri
Dari Dutch Resistance Museum dan Museum Bronbeek ini, saya jadi tahu kalau orang Eropa dan Indo dimasukkan ke camp internir di era penjajahan Jepang di Indonesia. Perasaan tidak pernah diajarkan di pelajaran sejarah di sekolah, hehe... 

Selain itu, ada pula Museum Sophiahof di Den Haag yang baru diresmikan oleh King Willlem Alexander pada bulan Juni 2019 lalu. Museum Sophiahof adalah kolaborasi dari Indisch Remembrance Centre dan Moluks Museum.

Saya memang sempat terlibat dalam co-kurasi di pembuatan video dokumenter yang ditampilkan di pameran. Namun, karena harus pulang ke Indonesia untuk sementara waktu, maka saya belum bisa mengunjungi museumnya secara langsung. 

Kalau menurut teman-teman saya yang pernah datang, pamerannya berkisah mengenai berbagai resistensi yang dilakukan oleh semua lapisan masyarakat untuk merdeka, baik di Indonesia maupun Belanda. Tidak hanya tentang orang Belanda dan Indo, tapi peran orang Maluku juga dibahas mendalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun