Mohon tunggu...
ara wiraswara
ara wiraswara Mohon Tunggu... -

lahir dan besar di bayah...SMA, kuliah, dan kerja di Bogor..saya cinta menulis...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Rumah Sakit di Mata Sineas Kita

12 Oktober 2010   12:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:29 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Rumah sakit tampaknya memiliki tempat istimewa di mata para produser, sutradara, sampai penulis naskah dalam industri perfilman kita. Bahkan rumah sakit sepertinya telah menjadi setting yang masuk dalam kategori ‘wajib' untuk ditampilkan dalam film, terutama dengan genre drama. Tengoklah film-film drama Indonesia di era tahun 1970-an dan 1980-an. Niscaya, rumah sakit menjadi komponen film yang selalu ada di antara tangis atau tawa bahagia para pemain.

Untuk menyebut contoh dari sekian banyak film dengan pola seperti itu, saya berdasarkan referensi teman, mengajukan film ‘Rio Anakku' yang dibintangi Lenny Marlina dan Rano Karno. Uniknya, dalam film-film di era tahun 1970-an dan 1980-an seperti ‘Rio Annaku' ini rumah sakit acap kali menjadi latar yang menjadi saksi akhir semua kesalahpahaman, prasangka, sakit hati, dendam, dan rasa bersalah di antara para pemain. Jadilah, rumah sakit menjadi setting pamungkas sebelum susunan pemain dan para kru film muncul di layar sebagai tanda berakhirnya film. Pola seperti ini tampaknya masih menjadi andalan para sineas kita sampai hari ini. Sebut saja, dua film drama yang beredar dalam satu tahun terakhir, yaitu ‘Kata Maaf Terakhir' dan ‘Satu Jam Saja'. Film ‘KMT' karya Maruli Ara, menghadirkan keharubiruan permintaan maaf seorang ayah yang tengah menjemput ajal kepada anaknya di ruang ICU, sebuah rumah sakit. Pun dengan film ‘SJS', debut karya sutradara Ario Rubik. Di akhir film, tiga tokoh utama yang terlibat konflik berada di sebuah ruangan rumah sakit untuk juga saling mengakhiri konflik, menyadari kesalahan masing-masing. Formula seperti ini tidak hanya menjadi andalan mereka yang terlibat dalam film, tetapi juga oleh mereka yang berjibaku dalam pembuatan sinetron kejar tayang. Bedanya, penampilan latar rumah sakit tidak hanya dominan di akhir tayangan, tetapi juga sepanjang tayangan. Mungkin para penulis naskah dan sutradara percaya, rumah sakit memiliki daya magic untuk memperkuat suasana sedih yang hendak dibangun dalam bangunan cerita. Jadilah, rumah sakit tampil begitu dominan sepanjang puluhan atau bahkan ratusan episode sinetron. Rumah sakit menjadi latar ketika sang pemeran utama harus tes DNA, menjalani transfusi darah, sampai melakukan operasi ginjal (penyakit yang rasanya paling sering diidap para pemain dalam sebuah sinetron-red). Untuk sebuah contoh, saya ingin menyebut sinetron ‘Kemilau Cinta Kamila' yang tayang setiap hari di RCTI. Dalam sinetron yang disebut-sebut sebagai saingan terberat ‘Cinta Fitri' ini, latar rumah sakit begitu dominan. Sebut saja, ketika tokoh Kamila mengandung anak pertama dan diagnosa memiliki rahim yang lemah. Latar rumah sakit pun terus berlanjut ketika tokoh Kamila melahirkan, tokoh bayi Kafa sakit, pembongkaran keranda mayat tokoh Edo, tes kecocokan ginjal semua tokoh utama, operasi transpalansi ginjal dari tokoh Edo ke tokoh Fadil, dan sederet adegan lain. Bahkan tak jarang semua pemain utama berkumpul bersama dengan latar sebuah rumah sakit. Maka, adegan konflik antar pemain pun tidak hanya terjadi di rumah, tetapi juga telah merambah ke rumah sakit. Maka, sedikit bisa dipastikan ketika anda menyaksikan film atau sinetron drama Indonesia, rumah sakit menjadi salah satu latarnya. Dan mudah-mudahan Anda tidak merasa bosa karenanya. ARW

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun