Mohon tunggu...
Fatimah Azzahroh
Fatimah Azzahroh Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta

Jangan Lupa Bahagia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembelajaran Dialogis sebagai Tantangan Pelaksanaan PJJ Menggunakan Pendekatan E-Learning dalam Perspektif Paulo Freire

6 Januari 2021   11:46 Diperbarui: 6 Januari 2021   12:06 1493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Fatimah Azzahroh 

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta 

Pendahuluan

Pada awal tahun 2020 terjadi penyebaran Virus Covid-19 di beberapa bagian dunia salah satunya Indonesia. Pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan sebagai antisipasi dalam penularan virus Covid-19 yang merujuk pada Undang-Undang No. 6 Tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan, yaitu dengan diumukannya kebijakan PSBB serta Karantina Wilayah. Hal tersebut menyebabkan seluruh kegiatan yang berkerumun seperti kegiatan keagamaan, kegiatan moda transportasi, dan kegiatan proses ajar mengajar dibatasi. Dalam menyikapi permasalahan pendidikan di masa pandemik, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemendikbud mengeluarkan kebijakan sebagai bentuk pengadaptasian proses belajar dan mengajar yaitu dengan sistem Pembelajaran Jarak Jauh berbasis IT. Penyelenggaraan PJJ mulai diberlakukan pada pertengahan bulan Maret 2020 di seluruh bagian Indonesia yang menjadi wilayah zona merah, dan tak  dapat pungkiri dalam pelaksanaan kebijakan tersebut diiringi pula tantangan-tantangan baru didalamnya. Pembelajaran Dialogis merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh para pendidik, sehingga peneliti memutuskan untuk menganalisis tantangan tersebut dalam perspektif Paulo Freire.

Pemikiran Paulo Freire

Paulo Freire merupakan salah satu tokoh pendidikan aliran humanis, pada salah satu karyanya yang berjudul pedagogic of the oppressed, freire membahas mengenai pendidikan dialogis yang berangkat dari kritiknya terhadap metode belajar dalam kelas yang umum ditemuinya yaitu konsep pembelajaran gaya bank. Menurut Freire (2005: 72), Pendidikan seperti melakukan deposit, dengan murid sebagai tempat penyimpanan deposit dan guru sebagai pelaku deposit. Alih-alih berkomunikasi, guru hanya membuat simpanan yang nantinya diterima, dihafal, dan diulang oleh siswa. Ini adalah konsep pendidikan “bank”, yang di mana tindakan siswa hanya diperbolehkan sekedar menerima, mengajukan, dan menyimpan deposit.

Konsep Tersebut menyebabkan guru sebagai sumber utama ilmu pengetahuan, yang berdampak pada ilmu pengetahuan yang sulit untuk berkembang karena adanya  pembatas. Konsep pendidikan gaya bank tergambarkan pada metode belajar tradisional seperti ceramah dengan guru sebagai pusat pembelajaran yang memiliki komunikasi satu arah yang anti-kritik. Singkatnya pada konsep pendidikan gaya bank, Siswa menjadi pihak pasif yang menerima seluruh ilmu pengetahuan dari  Guru, yang nantinya akan berdampak pada daya kritis siswa sehingga munculnya konsep budaya bisu, maka dari itu Freire membahas mengenai Pembelajaran Dialogis.

Freire menyatakan bahwa Dialog merupakan salah satu upaya praktik pembebesan dengan penyadaran pemikiran kritis, yang mampu menyelesaikan kontradiksi antara guru dan siswa ke arah tindakan kognisi. Ika Rizqi Meilya, Fakhruddin, dan Rasdi Ekosiswoyo (2014: 8-9) menegaskan, “Pembelajaran dialogis adalah konsep pembelajaran yang mempertegas posisi atau peran pendidik dan warga belajar tidak berada dalam posisi bawah, melainkan setara atau sederajat dalam proses saling belajar. Tidak ada saling dominasi antara kedua belah pihak, namun saling mengisi dan melengkapi.” Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan dialogis ini adalah menjadikan siswa untuk lebih aktif dan kritis dalam menerima sebuah ilmu pengetahuan, agar tidak terjadi pendidikan yang menindas. 

Analisis

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) merupakan kebijakan yang diputuskan pemerintah sebagai pengadaptasian proses belajar dan mengajar dimasa pandemi dengan bantuan teknologi atau pendekatan E-learning. Menurut Soekartawi (dalam Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2010: 103), Pendekatan E-Learning atau Electronic learning merupakan salah satu pendekatan pembelajarann dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronik, khususnya perangkat Komputer. Karena itu maka e-learning sering disebut juga ‘Online course’. Berdasarkan literatur di atas dapat katakan bahwa E-Learning atau Pembelajaran daring ini merupakan pembelajaran yang memanfaatkan teknologi seperti komputer dan internet tanpa perlu kontak fisik secara langsung. Tak terbiasa dengan kondisi ini, pelaksanaan pembelajaran daring menjadi sebuah tantangan baru bagi para pendidik maupun peserta didik dalam proses ajar mengajar.

Menurut Soekartawi (dalam Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2010: 104) ada sejumlah kelemahan juga ditemukan, antara lain:

  • Kurangnya interaksi antara guru dengan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri.
  • Adanya kecenderungan mengutamakan aspek bisnis dan mengabaikan aspek sosial
  • Proses pembelajaran lebih cenderung ke arah pelatihan
  • Siswa yang tidak mempunyai motivasi yang tinggi cenderung gagal
  • Tidak semua tempat dan siswa memiliki internet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun