Mohon tunggu...
Achmad Room Fitrianto
Achmad Room Fitrianto Mohon Tunggu... Dosen - Seorang ayah, suami, dan pendidik

Achmad Room adalah seorang suami, bapak, dan pendidik di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel. Alumni Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Airlangga Surabaya ini juga aktif beberapa kegiatan pemberdayaan diantaranya pernah aktif di Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil. Penyandang gelar Master Ekonomi Islam dari Pascasarjana IAIN Sunan Ampel dan Master of Arts dalam Kebijakan Publik Murdoch University Perth Australia ini juga aktif sebagai pegiat dan penggerak UMKM yang terhimpun dalam Himma Perkumpulan Pengusaha Santri Indonesia (HIPPSI). Bapak satu anak ini menyelesaikan PhD di Department of Social Sciences and Security Studies dan Department of Planning and Geography, Curtin University dengan menekuni Ekonomi Geografi. Selama menempuh studi doktoral di Australia Room pernah menjadi Presiden Postgraduate student Association di Curtin University pada tahun 2015 dan aktif ikut program dakwah di PCI NU Cabang Istimewa Australia- New Zealand di Western Australia serta menjadi motor penggerak di Curtin Indonesian Muslim Student Association (CIMSA). Saat ini dipercaya sebagai Ketua Program studi S1 Ekonomi Syariah UIN Sunan Ampel dan Koordinator Lembaga Pengembangan Kewirausahan dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel serta di tunjuk sebagai anggota tim Pengembang Kerja Sama UIN Sunan Ampel Achmad Room juga menjadi pengamat di isu isu reformasi pemerintahan, pengembangan masyarakat, pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Ekonomi Islam. Fokus Penelitian yang ditekuni saat ini adalah pemberdayaan masyarakat dan pengembangan desa wisata

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Modal Maju Pilkada

16 Agustus 2020   06:38 Diperbarui: 16 Agustus 2020   07:18 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seiring waktu, sistem pemerintahan yang menganut demokrasi harus memiliki sistem suksesi yang merakyat dan partisipatoris. Partai politik dengan ciri khas nya masing masing memiliki kandidate/calon yang bisa ditawarkan ke masyarakat. Adakalanya calon yang ditawarkan terpilih dalam pemilu daerah dan mampu menunjukkan signifikansi dalam mengelola pemerintahan dan pembangunan. 

Namun tidak sedikit yang terjebak di usaha "pokoke aku njabat, embuh urusane uwong uwong kuwi, lak wis enek kepala dinas sing ngurusi" yang akhirnya berujung pada "autopilot government". Untung untung tidak terjerembab di sistem "renten" pembangunan, yang mengharuskan setor fee dan komisi setiap tender yang berujung penangkapan KPK. Namun tidak sedikit yang terjebak memperkaya diri sendiri atau orang lain dengan cara melawan hukum dengan merekayasa anggaran.

Saat ini trend pencalonan kepala daerah banyak yang menyebutkan sebagai proses instant. Prakmatisme instanisasi ini mungkin karena banyak anak pejabat yang masih menjabat yang dicalonkan. Sekilas sih sah sah saja karena itu hak setiap anak bangsa. Namun bila di lihat dari "elok dan tidak elok", "mbok yo ho ngenteni lengser dahulu baru nyalon". 

Yang dicalonin juga gitu " opo enak hidup dibawa bayang bayang orang tua /suami ?" "ya kalau kita bisa ngasih lebih baik, kalau tidak? wah ambyar deh!". Tapi itu semua tidak lepas dari perjudian politik yang harus "mengamankan" kepentingan tertentu dengan mengandalkan popularisme dari mekanisme yang disebut pemilu.

Diskursus pemilihan kepala daerah saat ini terlihat seperti ini Milineal ok, modal ok, populer lumayan dapat dari bokap, pengalaman? (Entarkan bisa belajar), mari kita Jemput perubahan

Lek ngono thok modale, perubahan apa yang diharapkan?

Berubah dari Kabupaten/Kota atau Propinsi Autopilot menuju Fully Automatic?

"Track record dan pengelaman penting rek, background pendidikan juga perlu"

Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Apabila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya".
(hadits Abu Huroiroh di dalam Shohih Bukhori)

Pilih kepala daerah? Jangan coba-coba! Wis Ngunu Thok jareku

ARF, 16 Agustus 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun