Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah Nyata: Perkawinan Bukan Mainan

1 Juni 2023   10:46 Diperbarui: 1 Juni 2023   18:35 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perkawinan bukan mainan ( sumber canva.com/ designed by wibhyanto)

Kisah Nyata: Perkawinan Bukan Mainan

Beberapa tahun lalu saya menetap di tempat itu, sebuah dusun terpencil di daerah Jawa Barat (sebaiknya tak saya sebutkan nama dusun itu, untuk pertimbangan etis). Beberapa waktu saya menetap di sebuah saung dekat sawah, di pinggir dusun. Kebetulan saya merintis bidang pertanian bersama seorang kawan, termasuk sesekali mengadakan pelatihan retret, outbond dengan peserta rombongan siswa SMA atau mahasiswa dari Jakarta di dusun itu.

Tempat saya tinggal di dusun itu memang aku rancang sedemikian sehingga menjadi tempat yang indah dan nyaman, membuat betah bagi siapa saja yang singgah. Halaman depan saung yang luas kubikin taman kecil dengan kolam ikan, menghadap hamparan lanskap sawah yang mempesona. Petak petak sawah dalam ukuran kecil dan meliuk liuk, membentuk semacam terasering, menghampar di kejauhan, mempesona seperti di Ubud Bali. Bisa kamu bayangkan indahnya, bukan? (lihat foto).

saung sederhana di belakang sana ( foto: wibhyanto/dokumen pribadi)
saung sederhana di belakang sana ( foto: wibhyanto/dokumen pribadi)

Saya mudah diterima oleh warga setempat, termasuk pemuka masyarakat, para pemuda, dan terutama ibu-ibu. Bukan apa apa, karena tinggal di dusun orang, kita memang musti benar-benar harus mampu menerapkan ilmu "manjing, ajur, ajer", empan papan, empan rasa, ramah dan bersikap rendah hati (jring!). Juga saya menerapkan ilmu strategi komunikasi "dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung", dan ngelmu "Sluman slumun slamet". Komplet dah.

Saya tahu detail demografis (profesi warga, pencaharian, status keluarga, dsb) dusun itu, sebab saya akrab dengan kepala desa, babinsa, babinkamtibmas, kanit intel, pak Ustadz, karang taruna, petani dan buruh tani, emak emak, pedagang dan pengangguran, termasuk beberapa jawara "yang punya kawasan" di dusun. Mereka semua dalam peranan masing-masing, menerima saya dengan ramah, bahkan terkadang bisa bercanda seperti sudah kenal lama. Pendeknya, asyik dan membetahkan suasana di dusun itu.

bersama petani dan warga dusun ( foto: wibhyanto/dokumen pribadi)
bersama petani dan warga dusun ( foto: wibhyanto/dokumen pribadi)

Mendatangkan Rombongan dari Kota dan "Berbagi Rejeki".

Terlebih saat saya mendesain datangnya rombongan anak-anak sekolah dari Jakarta dalam beberapa bus ke desa itu. Suasana desa semakin meriah seperti sedang hajatan, dan banyak warga terlibat menerima tamu rombongan dari Jakarta. Dan tentu saja itu kesempatan saya "berbagi rejeki" pada semua warga desa yang terlibat, seperti tukang parkir, pemuka masyarakat, warga pendamping rombongan, karang taruna, ibu-ibu tukang masak yang menyajikan makanan untuk tamu, dsb.

Semua orang sepertinya senang pada model kegiatan yang saya lakukan di dusun itu. Pak lurah juga mendukung. Konsepnya sebenarnya sederhana, yakni model "Home Stay" (yaitu, tinggal menetap beberapa hari di rumah-rumah warga, tidur di rumah warga miskin, mandi di sungai, dan merasakan langsung denyut kehidupan desa) dan "Kharakter building" (yaitu, permainan dinamika kelompok, outbond, dan kelas refleksi). Menyenangkan dan seru!

romboangan dari jakarta ciblon mandi di sungai di dusun itu (foto:wibhyanto/dokumen pribadi)
romboangan dari jakarta ciblon mandi di sungai di dusun itu (foto:wibhyanto/dokumen pribadi)

Masalah Perkawinan

Salah satu fenomena sosial yang membekas dalam ingatan saya tentang kehidupan warga dusun itu adalah masalah keluarga. Lebih tepatnya masalah perkawinan. Saya sedikit syok ketika saya menemukan fakta bahwa di tengah permukaan wajah masyarakat dusun yang sederhana dan ramah, saya menemukan fakta pucuk gunung es, bahwa keadaan rumah tangga sebagian mereka sedang tidak baik-baik saja. Itu setidaknya menurut persepsiku. (oiya, disclaimer dulu: berikut saya pakai nama-nama samaran, untuk pertimbangan etis dan privasi sumber. Oke? Lanjuttt).

panorama sawah di depan saung tempat tinggalku, indah seperti di ubud bali ( foto: wibhyanto/dokumen pribadi)
panorama sawah di depan saung tempat tinggalku, indah seperti di ubud bali ( foto: wibhyanto/dokumen pribadi)

Pak Amin (buruh tani), duda 58 tahun, tergopoh gopoh menemuiku untuk pinjam biaya nikah yang tak seberapa. Calonnya adalah Surti, janda 45 tahun, tinggal di dusun sebelah. Pak Amin baru menduda 5 bulan. Kali ini adalah perkawinannya yang keempat. Pak Amin kerja ikut aku menggarap sawah, dan berbagi hasil panen. Saya tidak tahu, mereka berbulan madu kemana.

Mak Nur (dukun pijit), janda 65 tahun, suka memakai gincu dan parfum yang menyengat, baru saja mendapat pasangan baru, Karjo, perjaka tingting 20 tahun. Mereka tinggal di gubug kecil, dan Karjo ikut aku menggarap sawah dan kerja serabutan di kebun. Sepertinya mereka bahagia. Aku tertawa, Mak Nur menang banyak! Begitu pikirku.

Surti (janda 55 tahun, beranak empat) barusan menikah dengan Ujang (45 tahun, duda beranak dua, baru saja ditinggal mati istrinya). Ujang tinggal di rumah Surti di rumah kayu kecil. Ujang dan Surti profesi petani, terkadang membantu aku menerima tamu rombongan dari Jakarta. Anak-anak tiri saling bertemu dalam satu rumah, kelihatannya mereka happy happy saja. Tetapi aku pusing kalau mampir ke rumah mereka, melihat rumah kecil berpenghuni banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun