Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Sosok Misteri, Menulis Cerita Horor di Kompasiana! Merinding!

29 Mei 2023   20:08 Diperbarui: 2 Juni 2023   19:32 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input ilustrasi Canva/ designed by wibhyanto/ dokumen pribadi

Sosok Misteri, Menulis Cerita Horor di Kompasiana! Merinding! 

"Aku akan mengkisahkan suatu peristiwa ganjil, mengerikan dan langka. Belum pernah kuceritakan ke siapa pun, kecuali di sini, di kompasiana. Tetapi maukah kamu berjanjji tak menceritakan kisahku ini ke siapa pun, agar teror yang pernah kurasa tak menular ke orang lain lagi. Cukuplah di ruang rubrik horor fiksiana ini saja. Oiya, jika kamu suka, usai membaca kisah ini, tinggalkan jejakmu di kolom pesan. Pasti aku balas" -- begitu sebuah pesan WA masuk.

Entah dari siapa. aku tak menghapus pesan itu, tak juga menggubris apa maksud pesan itu. Aku sibuk menyelesaikan sebuah artikel Travel Story kompasianaku di laptop.

Tetapi sebuah pesan lain, cukup panjang, tiba-tiba masuk lagi ke kotak pesan selulerku. Kali ini serius aku baca pesan WA itu, hingga ke titik pesan terakhir. Aku merinding, sebab usai kubaca isi pesan itu seluruhnya, mendadak lampu kamarku tiba-tiba meredup, byarr pett, byarr pet. Seperti ada yang memainkan saklar lampu kamar.

Perasaanku tidak nyaman. Laptop buru-buru kututup, kutarik selimut, lalu meringkuk di sudut tempat tidur. Kepala kututupi bantal, kuintip suasana dari celah sarung bantal yang menutupi mukaku. Dengan cemas, aku menanti apa yang akan terjadi.

"Beginilah kisah ceritaku...jangan di-Skip!", kata pesan WA itu di awal tulisan. Itu pesan yang sempat kuingat, sambil wajahku semakin rapat di bawah bantal. Bulu kudukku meremang.

Beginilah pesan WA itu, selengkapnya.

Tiba di Mbengan Lor

Kabut mulai turun dari arah Merapi. Rerintik hujan belum juga reda ketika aku tiba memasuki desa itu. Desa Mbengan Lor, sebuah desa terpencil di kecamatan Sawangan, Magelang, Lereng Gunung Merapi sebelah Barat Daya. Angin mengerisik di sela dedaun rumpun bambu yang tumbuh di gerbang gapura masuk desa. Gerumbul bambu itu seperti menari lembut, sulur-sulurnya bergerak tertiup oleh angin, seperti sosok gelap yang mau menyapa siapa saja yang hendak memasuki desa.

Memang hari telah beranjak malam saat aku tiba di tempat ini. Hanya sedikit lampu penerang jalan desa. Tak ada terlihat orang atau kehidupan, hanya sesekali kudengar suara anjing menggonggong. Mungkin warga telah menarik selimut untuk beranjak tidur di rumah masing-masing. Tapi entahlah. Gerimis dan kabut datang mengelindan, membuat dinginnya malam itu memang seperti menusuk tulang. Maklum Desa Mbengan Lor termasuk berada di bagian tempat tinggi di kawasan gunung Merapi.

Aku sebenarnya males datang ke desa ini, jikalau sebuah pesan dari Tono kakakku yang di Kaltara tak memintaku untuk datang ke sini. Tujuanku ke sini hanya satu: menengok ponakanku yang hidup sebatang kara, sendirian.

"Tolong usahakan secepatnya. Sudah tiga hari kutelpon gak diangkat. Terakhir ngabari kondisinya sakit katanya, mulutnya bengkak tak bisa  menelan makanan. Takutnya ada napa napa, aku ntar yang disalahin. Tengok dia di Desa Mbengan Lor. Beri tahu aku apa yang terjadi", kata pesan WA kakakku.

"Baik kak", jawab pesanku singkat.

Tubuh Tanpa Kepala Kali Kenanga 

Tak seberapa lama, setelah melewati beberapa tikungan, aku tiba di sebuah jembatan bambu. Jembatan ini satu-satunya jalan penghubung masuk ke pemukiman tengah desa Mbengan Lor, tempat rumah orang yang akan kutemui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun