Mohon tunggu...
Aqsal Mahendra Pramudita
Aqsal Mahendra Pramudita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang

Aqsal Mahendra Pramudita, Mahasiswa semester 4 Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang. Hobi desain grafis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Dialektika Budaya Tradisional di Tengah Budaya Media Digital

20 Mei 2022   11:04 Diperbarui: 21 Mei 2022   18:20 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aqsal Mahendra Pramudita Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang

Di era saat ini yaitu eranya globalisasi dimana dunia mulai berkembang pesat secara teknologi dan budaya. Budaya berkehidupan sosial pun ikut berkembang mengikuti era globalisasi ini, jika tidak kita akan tertinggal dan tidak akan berkembang. Pentingnya mengikuti globalisasi ini yaitu untuk terus mengetahui dan mengikuti perkembangan apa saja yang sedang terjadi dan kita bisa meresponnya dengan baik. Indonesia merupakan negara yang masih tertinggal jauh di era globalisasi ini dibandingkan dengan negara-negara lain, tidak usah jauh-jauh membandingkan negara Indonesia dengan negara seperti Amerika atau China, dengan negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia saja Indonesia masih tertinggal, terutama masalah persoalan sumber daya teknologi dan media. Walaupun begitu Indonesia mulai perlahan lahan mengikuti perkembangan yang terjadi, penggunaan media di Indonesia pun mulai marak terjadi, seperti apapun sekarang sudah bisa diakses dengan digital. Belanja online, transportasi online, belajar online dan lainnya sudah mulai diterapkan di Indonesia.

Tentu saja globalisasi ini membawa dampak baik dan buruk. Anak muda zaman sekarang lebih mempelajari dan mempraktekan budaya luar daripada budaya sendiri, sebenarnya ini merupakan hal bagus yaitu dengan mempelajari budaya luar kita tidak akan tertinggal dari negara-negara lain. Akan tetapi masalahnya terdapat pada anak zaman sekarang tidak mau mempelajari dan melestarikan budaya sendiri karena mereka menganggap budaya mereka kurang keren dan kurang sesuai dengan mereka atau ketinggalan zaman. Anak muda zaman sekarang mengakses media untuk mengetahui perkembangan tren dan budaya yang sedang mengglobal, mengikutinya dan mempraktekannya seolah sudah menjadi budaya mereka sehari-hari. Dengan mempraktekkan apa yang mereka dapat dari media yang mereka konsumsi mereka merasa diri mereka paling up-to-date. Hal ini sangat penting karena mempengaruhi bagaimana interaksi mereka dengan lingkungan sosial mereka juga, jika individu tidak up-to-date dengan apa yang sedang menjadi tren maka lingkungan akan memberi tekanan yang buruk, individu akan merasa tertinggal, dijauhi bahkan merasa terbully. Hal buruk juga tentang perkembangan media teknologi yang semakin canggih membuat anak muda menjadi semakin malas dikarenakan apapun bisa diakses dengan mudah asalkan ada internet dan perangkat pintar. Dengan adanya semua itu aktivitas seperti belajar, berbelanja, bersosial dan lain-lain bisa dilakukan sambal duduk bersantai dirumah. Hal ini juga berbahaya karena dapat menghilangkan anak-anak muda yang sangat berinovasi dan berproduktivitas tinggi. Walaupun begitu, dengan akses apapun yang mudah juga sangat membantu kehidupan sehari hari.

Lemahnya mental anak muda zaman sekarang juga dikarenakan oleh pengaruh budaya dari luar. Hal ini disebabkan banyaknya media yang mereka konsumsi dari luar yang memiliki budaya sangat berbeda dari kita dan mindset yang sangat berbeda itu dipaksa masuk ke anak muda kita sehingga mengubah pandangan dan cara berpikir anak muda zaman sekarang. Seperti maraknya budaya K-Pop yang memasuki Indonesia, anak zaman sekarang mulai banyak yang menggunakan Bahasa Korea dalam percakapan mereka sehari atau menggunakannya dalam media social mereka. Mereka mendapatkannya tentu dengan mengkonsumsi media dari internet, contohnya seperti TikTok yang sedang ramai dipakai, bahkan hampir semua kalangan dari usia muda sampai tua menggunakan media ini. Banyaknya penggunaan bahasa asing seperti Korea dan Inggris menyebabkan jarangnya terpakai bahasa kita sendiri, terutama Bahasa daerah seperti Bahasa Jawa, Sunda, Bugis, Madura, dll.

Terus, apa sih yang harus kita lakukan? Kita boleh saja untuk mengikuti globalisasi media digital saat ini, bahkan harus agar kita tidak tertinggal. Namun kita tidak boleh melupakan budaya asli kita, kita harus melestarikan budaya serta mengembangkannya. Semuanya sudah mudah dengan berkembangnya media social, melestarikan dan menyebarkan budaya kita melalui media sosial juga merupakan cara cepat dan bagus. Maka dari itu, sudah tidak ada lagi kan kesulitan dalam melestarikan budaya kita? Dan jangan lupa untuk tetap beretika dalam menggunakan media.

Profil Penulis : Aqsal Mahendra Pramudita

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun