Mohon tunggu...
Aqil Aziz
Aqil Aziz Mohon Tunggu... Administrasi - Suka makan buah

Mencintai dunia literasi. Penullis di blog : https://aqilnotes.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Budeg

28 Juni 2018   05:49 Diperbarui: 28 Juni 2018   08:16 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sobsketsa.blogspot.com

Asikh uring-uringan. Pagi ini sudah kena semprot istri. Tentu saja membuat mood-nya makin menurun. Kerja males. Melakukan apapun sepertinya ogah. Ia terus merenung. Kenapa istrinya membentak seperti itu. Kata-kata itu selain benar-benar memekakkan telinga. Menembus hati. Sakit rasanya.

"Dasar Budeg.!" Asikh tersentak. Ia tak menyangka istrinya melontarkan ucapan yang kasar seperti itu. Ia tak berani membantah. Memang saat itu, ia tidak memperhatikan apa yang diungkapkan istrinya. Sehingga istrinya menjadi jengkel, setelah sekian kalinya panggilan itu tidak ditanggapi. Sambil menggaruk lubang telinga. Asikh mulai ragu.  Apakah dirinya memang budeg, sebagaimana yang sering dikatakan istrinya.

Semenjak itu, ia ingin sekali punya pendengaran yang tajam. Apapun bisa masuk telinganya. Mulai dari suara semut sampai nyamuk ia ingin sekali mendengar percakapan mereka. Terutama mendengar bisikan atau keluhan istri, apabila sedang ngambek. "Kenapa manusia tidak dikarunia pendengaran yang tajam? Kenapa kemampuan manusia selalu terbatas? Katanya makhluk yang paling sempurna dimuka bumi ini? Dengan badak saja kalah kekuatannya, dengan burung saja kalah tidak bisa terbang, dengan ikan saja kalah berenang, bahkan dengan seekor unta saja masih kalah, kalah minum banyak," gerutunya dalam hati.

Untuk membebaskan kekesalan dengan istrinya. Ia melesat ke luar menuju perpustakaan. Barangkali ada buku-buku yang bisa bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan manusia, terutama masalah pendengaran. Setelah basa-basi dengan penjaga perpustakaan. Ia mulai menuju rak buku kategori inspirasi dan motivasi. Sudah puluhan buku ia, ambil lalu dikembalikan lagi. Ia bolak-balik, terutama daftar isinya, tak menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya.

Tiba-tiba ketika mau pulang. Ia menginjak kecoak. Kecoak itu diambil dari kakinya dan didekatkan dengan hidungnya. "Uh. Bau kecoa memang spesial". Ia lalu ketawa. "Kecoa dilahirkan memang untuk dibunuh," tambahnya. Saat perjalanan pulang, dan tepat berhenti di lampu lalu lintas. Matanya mulai berkunang-kunang. Tubuhnya gemetaran. Nafasnya tersendat-sendat. Sepertinya racun kecoa itu telah menyebar ke semua pembuluh darahnya. Pikirannya melayang dan penghilatannya menjadi kabur. Sepedanya oleng dan terjatuh.

Tukang bakso dan beberapa anak muda cangkruan di warung kopi membantu untuk mengangkat Asikh yang sedang pinsan. Mereka melarikan ke puskesmas. Selang satu jam, Asikh tersadar. Ia tak mengerti mengapa ia di ruang UGD. Terdengar suara :

"Tolong berikan resep ini ke pasien."

"Eee itu ada roti, ayo rame-rame kita sikat."

"Eit jangan dulu, tunggu! nyamuk itu bagianku."

Ia menoleh ke kanan ke kiri mencari sumber suara. Tapi tak ada satupun seseorang. Seperti suara dokter, tapi di mana dia itu? Ia lalu keluar ruangan, dan mencari sumber suara. Ia lihat ternyata dokter itu sedang bicara dengan perawatnya di ujung kamar ruang inap pasien agak jauh. Ia kembali ke kamar UGD dan melihat jejeran semut menempel toples roti. Dan setelah ia mendongak ke atas, ia lihat cicak, sedang siap-siap menangkap nyamuk, bersama dua temannya.

Merasa tidak ada sesuatu yang terjadi pada dirinya. Ia langsung kabur, tanpa permisi. Pasti istrinya sudah menunggu di rumah, dan akan marah lagi kalau ia datang telat. Ini jadwalnya mengantar. Sudah terlalu siang untuk pergi ke pasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun