Mohon tunggu...
Aqil Aziz
Aqil Aziz Mohon Tunggu... Administrasi - Suka makan buah

Mencintai dunia literasi. Penullis di blog : https://aqilnotes.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pesan Ayah

27 Juni 2018   04:23 Diperbarui: 27 Juni 2018   04:42 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.gubrakindonesia.com

Dua jam saya telah menunggu. Namun, istri saya tak kunjung datang. Sementara, saya harus lekas menjemput adik di stasiun. Aku membunuh waktu dengan membaca buku baru. Judulnya "Darimana Datangnya Cinta". Aku tertarik saat ia terpampang di etalase kaca toko. Buku ini, seperti menyihir para pembacanya. Sudah lima bab aku selesaikan. Setengah jam lagi tamat. Tapi istri tak kunjung muncul, janjinya hanya untuk beli ikan dan sayur sebentar. Ini nyantol dimana, saya tidak tahu. Memang begitulah karakter setiap wanita, ketika ketemu pasar, seakan-akan sudah menyatu dengan apa yang namanya belanja.

Kebetulan hp nya tidak dibawa. Saya tidak dapat menghubunginya. Aku mulai gerah. Aku putuskan hendak meninggalkannya. Paling banter nanti ia juga ngomel seperti biasanya. Pulang dengan tukang becak.

"Lebih baik aku punya suami tukang becak," katanya. "Ia rela menunggu, sampai kapanpun. Dan siap mengantar ke mana saja."

Kalau sudah seperti itu, saya diam saja. Tak ada kata yang dapat meredamnya kecuali dengan tidak berkata-kata.

Disisi lain, adikku harus segera saya jemput. Mulai jam 3 pagi tadi sudah tiba di stasiun. Ia terus menunggu sampai saya datang. Saya tidak dapat membuatnya marah lagi semenjak kejadian itu.

Ketika ayah sakit dalam kondisi sekarat, saya sengaja tidak memberi kabar. Karena saat itu, ia posisinya harus ujian skripsi. Ketika selesai aktivitasnya. Baru saya kabari. Ia marah bukan kepalang. Karena ia baru tahu, bahwa ayah tidak ada setelah tiba dari rumah.

Saat itu adikku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia hanya teru smemandang foto ayah yang dipampang itub di ruang depan. Sengaja kami membiarkannya larut dalam kesedihan. Kami mengerti, ia adalah putri yang sangat disayang oleh ayah. Tanpa bertanya lagi kepada kami anggota keluarga, ia langsung membereskan pakaiannya dan langsung menuju kamar. Selama sehari penuh, ia tak keluar dari kamar. Keluar hanya untuk ke kamar mandi dan damakan di dapur, setelah itu balik lagi ke kamar.

"Ayah tidak akan bangkit, meksipun kamu pulang saat itu, dan kami harus segera menguburkannya. Jadi kami terpaksa tidak memberitahu kamu, itu semua adalah untuk kebaikanmu. Supaya kamu bisa menyelesaikan ujian skripsi." alasan saya ketika ia memprotes kenapa tidak dikabari.

Alasan yang kami berikan tidaklah sepenuhnya benar bagi adik. Karena saya tahu, ia akan berbicara sesuai dengan perasaannya. Sejak mengurung diri di kamarnya. Kami sengaja tidak menyapa. Ibu pun demikian, memberi pesan kepada kami. "Biarkan saja dulu, ini adalah hari berkabung baginya. Usahakan jangan diganggu. Ia sekarang butuh sendiri."

Esok paginya. Adikku memanggil ibu dan aku untuk bertemu di ruang tamu. Sepertinya ada sesuatu hal yang terpenting untuk disampaikan. Ia lalu membuka beberap surat. Rupanya selama ini ayah sering mengirim surat kepadanya. Ada sekitar lima surat yang dipegang adikku. Ia lalu memeberikannya kepada kami untuk dibaca.

"Saya mestinya melaksakan pesan ayah," katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun