"Ini bukan yang pertama kalinya, aku ingatkan," sambil aku sodorkan kembali foto itu dihadapannya.
"Siapa?"Â
"Kamu"
"Aku!?"
"Ya. Berapa kali aku bilang, lelucon seperti itu jangan kau biarkan mengalir. Ujung-ujungnya pasti ribut."
"Itu memang karena kamu masih punya rasa?"
"Lho mulai lagi."
Ia tersenyum. Kemudian, meletakkan tangannya pada roda kursi, dan mendorongnya  masuk kamar meninggalkan aku begitu saja. Aku mengikutinya dan merapatkan mulutku ke telinganya.
"Sebenarnya aku masih mencintaimu."
"Ya saya tahu, aku hanya menguji."
"Kau tidak boleh selalu seperti itu. Terus saja mengorek masa lalu. Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak pernah membicarakan itu lagi. Bicara kita adalah masa kini dan masa depan.