Mohon tunggu...
Aqil Aziz
Aqil Aziz Mohon Tunggu... Administrasi - Suka makan buah

Mencintai dunia literasi. Penullis di blog : https://aqilnotes.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Film Porno

18 Mei 2018   13:20 Diperbarui: 18 Mei 2018   13:38 986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar olah pribadi

Gebrakk..! suara pukulan meja, terdengar sampai di samping kelas.

"Katakan terus terang..! Siapa yang menyuruhmu?"

Sudah dua jam, proses interogasi itu berjalan. Namun, tak ada tanda-tanda suara yang keluar dari mulut Asikh.

"Kamu punya mulut, nggak? ini menyangkut nama baik sekolah kita, nama baik almamater, dan tentu saja masa depan kita bersama," kata Pak Tomo, Kepala Sekolah di SD Jati Diri.

"Dari mana kau dapatkan film itu? Cepat katakan terus terang. Kamu mending mengaku saja, dari pada saya kaplok."

Meski diancam berkali-kali, Asikh tak membuka mulut. Diam membisu. Dibenaknya terbesit banyak hal tanya. Mulai dari nilai raport, orang tua dan teman-temannya. Apa boleh buat nasi sudah hancur, tak bisa diulang lagi. Andai hidup ini seperti komputer, tentu dia akan tekan tombol reset.

Benar-benar buah simakalama. Apa yang salah menurut Asikh. Dia betul-betul tidak paham, mengapa melihat saja tidak boleh. Apalagi melihatnya tidak sengaja. Dan itukan namanya rizki. "Masak ada rizki ditolak," gumamnya dalam hati.

Sebenarnya dia tidak begitu menikmatinya. Selain cuma sebentar, yang dia lihat sebetulnya sudah dilihat berkali-kali. Dia sering lihat ibunya. Ketika masih kecil, dia sering mandi bersama ibunya. Dia masih ingat betul, lekuk-lekuk dan anatomi tubuh ibunya.  Kenapa sekarang dipersoalkan. "Dia, Dia yang di film itu juga cewek, sama seperti ibu," katanya.

Akhirnya Kepala Sekolah menyerah. Asikh disuruh pulang. Integorasi dilanjut besok. Ancaman untuk meng-kaplok, ia batalkan. Setelah dipikir panjang tidak sepantasnya anak sekecil itu dikaplok. Urusannya bisa panjang, apalagi nanti berurusan di kantor polisi.

"Terus gimana kelanjutannya ini, Pak?" tanya pegawai kantor sekolah yang dari tadi mendengarkan.

"Dicatat dulu saja, di buku pelanggaran. Jangan lupa tanggalnya juga."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun