Bulan Ramadan datang, segala macam budaya khasnya telah di nanti. Ramadan gembira, begitupun Plastik yang biasa membungkus Takjil. Tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Suatu ketika, tiba-tiba Ramadan berpikir tentang plastik. "Kenapa ada begitu banyak Plastik saat aku datang ya?", gumamnya. Pikiran itu terus terngiang. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk berbincang dengan Takjil dan Plastik.
Ramadan: "Plastik, bolehkah aku bertanya? Menurutmu kenapa kau sering banyak digunakan saat aku datang?", tanya Ramadan.
Plastik: "Yang jelas lebih simpel, murah, mudah dibawa kemana-mana, tidak perlu dicuci".
Ramadan: "Bukankah masih banyak alternatif?".
Plastik: "Benar, namun kembali lagi bergantung pada manusia-manusia itu. Aku malah hendak berpesan kepada mereka. Tolong sadar, bahwa aku lama untuk terurai. Aku juga tidak ingin menjadi faktor penyebab kerusakan semesta ini".
Takjil: "Iya, Tik aku memahamimu. Aku yang menjadi bawaan bersamamu juga ikut berpikir bagaimana caranya agar mereka sadar".
Ramadan: " Tik, Jil, yang jelas kalian tidak salah. Manusia pun juga tidak salah, hanya saja mereka belum sadar. Doakan mereka untuk bijak dan lekas sadar".Â
Ramadan, Takjil, dan Plastik berharap keesokan hari semoga manusia-manusia itu mulai sadar dan turut membantu mereka. Salam dari Ramadan yang penuh berkah. Salam dari Takjil yang beragam. Salam Plastik yang ingin dimengerti.Â
Batang, 10 Mei 2019Â