Mohon tunggu...
dwi apura
dwi apura Mohon Tunggu... Guru - Teacher Blogger

a mom with two daughters

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Remaja dan Fenomena ADM di Media Sosial, Bagaimana Seharusnya Orang Tua Menyikapinya?

13 Agustus 2017   17:12 Diperbarui: 13 Agustus 2017   22:19 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini zamannya remaja eksis diberbagai media sosial. Macam-macam cara mereka menunjukkan jati dirinya. Mulai dari selfie, menunjukkan hobi,berbagi foto sebelum makan sesuatu, jalan-jalan, hingga foto dengan gaya yang kurang sesuai dengan usianya. Semuanya bertujuan untuk menunjukkan eksistensi mereka. Sebut saja yang baru booming, video bullying yang dilakukan sekelompok anak sekolah terhadap temannya atau yang terbaru foto seorang selebgram yang memberikan mobil mewah kepada pacarnya sebagai hadiah ulang tahun. Tentu saja sebagai orangtua kita geleng-geleng kepala melihat kelakuan para remaja ini, mau dikemanakan generasi kita?

Ya, beberapa remaja ini menyebut diri mereka sebagai ADM alias Artis Dunia Maya. Bahkan membuat kalimat yang sama sekali seharusnya tidak digunakan oleh usia mereka. Saya pernah menyelidiki kasus ADM ini dan menemukan kata-kata tak pantas di akun media sosial mereka. Contohnya, status seorang remaja perempuan "susu sachet aja 1500 masa susu kamu gratis" dan status di media sosial ini diatur 'publik' artinya semua orang bisa membaca dan tentu saja menarik perhatian khusus dari lawan jenis.

Paling tidak jadi buah bibir di lingkungan sekitar, termasuk saat itu lingkungan sekolah. Kemudian kami dari pihak sekolah, mengumpulkan informasi dari beberapa pelajar remaja ini dan terjaring puluhan pelajar yang bernaung dalam komunitas ADM ini. Sungguh hal yang miris. Tentu saja kami sebatas memberikan pengarahan kepada mereka agar tidak tergabung dalam komunitas sejenis ini, mengingatkan mereka agar tidak memosting foto ataupun tulisan yang tidak mencerminkan kepribadian dan akhlak baik dari seorang pelajar. Selain itu aturan untuk tidak membawa gawai juga diterapkan. Selebihnya kami menghimbau orangtua untuk mengawasi pergaulan anak-anak mereka saat di luar jam sekolah.

Lantas apa peran keluarga khususnya orangtua?

Orangtua adalah teladan pertama bagi seorang anak. Orangtua tidak bisa serta merta melarang anak mereka bermain HP sedangkan diri mereka sendiri setiap menitnya memegang gawai satu ini. Orangtua, harusnya sadar, tidak bisa marah ketika sang anak saat remaja memakai hotpants karena telah dibiasakan dari kecil memakainya. Lucu alasannya dulu.

Maka, orangtua sendiri harus berbenah diri. Cukup dengan mengajukan pertanyaan: "Mau dibawa ke mana keluarga ini?" Jika tak ingin anak berkata kasar, maka berhentilah memaki anak. Jika tak ingin anak mencari perlindungan di luar rumah, maka sediakan waktu untuk keluarga saling bertukar pendapat dan pandangan. Jangan jadi orangtua yang selalu memaksakan kehendak. Jadilah pendengar yang baik jika ingin nasihat kita didengar anak. Biasakan anak kita berbuat baik dan teratur di hidupnya, agar ia tau batasan yang boleh dan tidak boleh ia viralkan di media sosial. Orangtua adalah sekolah pertama, bimbingan konseling paling manjur untuk para remaja. 

Sudah bukan barang baru bagi kami para pendidik, bahwa anak bermasalah karena kurang mendapat perhatian dari orangtuanya. Di rumah terlihat baik-baik saja namun, di luar ternyata bikin ulah. 

Orangtua harusnya tahu, kapan memberi smartphone pada anak. Orangtua juga harus lebih 'update' dari anak untuk membentengi anak dari pengaruh buruk media sosial. Biarkan remaja ini bermedia sosial, namun awasi postingan yang mereka kirim. Semoga semakin banyak orangtua yang paham bahwa kontrol utama anak ada pada orangtua.

Link share media sosial

Facebook
https://m.facebook.com/apura.meity?refid=8


Twitter
https://twitter.com/ara_damiril/status/896676379005132800

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun