Mohon tunggu...
Aprianti
Aprianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Pendidikan Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nasionalisme Asia Tenggara

20 Juni 2021   23:56 Diperbarui: 21 Juni 2021   00:40 2035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (nation) dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia. Na-sionalisme setiap negara di dunia terbentuk melalui proses yang berbeda-beda, sehingga pada saat nasionalisme tersebut menampakkan wujudnya mempunyai bentuk dan ciri yang berbeda. Bangsa-bangsa di kawasan Asia Tenggara, pada umumnya mengalami proses pembentukan identitas kebang-saan setelah melalui proses yang panjang dalam pergulatan politik pada pertengahan abad ke-20. Tumbuhnya nasionalisme ini dapat dikatakan merupakan dampak positif dari praktik kolonialisme. 

Nasionalisme merupakan tali pengikat yang kuat, yakni paham yang menyatakan bahwa kesetiaan individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan, sebagai ikatan yang erat terhadap tumpah darahnya. Keinginan untuk bersatu, persamaan nasib akan melahirkan rasa nasionalitas yang berdampak pada munculnya kepercayaan diri, rasa yang amat diperlukan untuk mempertahankan diri dalam perjuangan menempuh suatu keadaan yang lebih baik. 

Dua faktor penyebab munculnya nasionalisme, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor pertama sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap penjajah yang menimbulkan perlawanan rakyat dalam bentuk pemberontakan atau peperangan. Sedang faktor kedua sebagai renaissance yang dianggap simbol kepercayaan atas kemampuan diri sendiri (Perdanayudha, 2010).

Menurut tinjauan King dan Wilder (2012) pembentukan identitas nation bagi negara-negara di kawasan Asia Tenggara, utamanya Indonesia di awali dengan proses penyatuan atau rekonsiliasi etnik. Etnisitas dalam pandangan King dan Wilder bukan hanya dipremiskan pada kekekalan diri bi-ologis namun juga pada keanggotaan bidang in-teraksi dan komunikasi bersama berdasarkan pada nilai-nilai dan perilaku bersama. 

Proses ini terjadi dengan pola yang berbeda-beda pada tiang bangsa di Asia Tenggara. Proses penyatuan ini menurut Anderson (2008:8) diawali dari adanya perasaan/bayangan bersama sebagai sebuah bangsa. Bayangan tentang kebersamaan inilah yang kemudian mewujudkan semangat nasionalisme.

Sebuah contoh ekstrem mengenai proses penciptaan sebuah bangsa di Asia Tenggara ini adalah Laos, masyarakat Laos dataran rendah membentuk sebuah sebuah kelompok etnis terpisah yang menunjukkan kebangsaan Laos. Fakta sejarah memperlihatkan bahwa negara Laos modern hanya ada karena proses pendudukan ko-lonial Perancis. Tanpa peran Perancis hampir bisa dipastikan bahwa daerah dataran rendah Laos akan menjadi bagian dari negara Thailand (King & Wil-der, 2012). Pendudukan Perancis telah menjadi jalan bagi masyarakat Laos untuk membentuk identitas bersama sebagai suatu bangsa yang merdeka.

Sementara itu di Malaysia etnisitas menjadi semakin berkaitan dengan identitas politik, di ma-na orang-orang Melayu, Cina dan India masing-masing membentuk partai-partai berbasis etnis atau komunal mereka sendiri.

Perjalanan nasionalisme Philipina tergolong nasionalisme tertua di Asia Tenggara dalam proses menentang penjajahan. Hal ini disebabkan karena Philipina mendapat pendidikan modern tertua di luar Eropa. Pendidikan tersebut diselenggarakan oleh Ordo Yesuit yang berkarya di Philipina. Karya Ordo tersebut dilindungi oleh pemerintah Spanyol sebab dinilai turut mengkonsolidasi kekuasaan pemerintah. Gerakan nasional yang pertama di Philipina adalah Liga Philipina yang berdiri tahun 1880 dipimpin oleh Jose Rizal. Perjuangan Rizal melawan pemerintah Spanyol dipropagandakan lewat dua novelnya yakni Noli me Tangere dan El Filibusterisme

Sekitar tahun 1890-an gerakan nasional Philipina mulai menunjukkan sifat-sifat radikal. Gerakan yang bersifat radikal tersebut berlanjut ke pergolakanpergolakan. Selama penjajahan Spanyol (1571-1898) ada sekitar 100 pergolakan melawan pemerintah kolonial itu (Lightfoot, 1973: 92). 

Sejak tahun 1897, dibawah pimpinan Emmilio Aquinaldo salah satu gerakan yang paling keras yaitu Katipunan berubah menjadi gerakan yang sangat nasionalis. Katipunan berarti persekutuan tertinggi dan yang paling dihormati di antara putera-putera negeri. Aquinaldo membantu Amerika Serikat menumbangkan pemerintah Spanyol di Philipina (1898) dan memproklamasikan kemerdekaan Philipina pada tanggal 12 Juni 1898. 

Namun Amerika Serikat tidak mengakui kemerdekaan Philipina itu tetapi justru menghancurkannya. Dari peristiwa itu kemudian diketahui motif sebenarnya Amerika adalah untuk mengambil alih kekuasaan di Philipina, bukan membebaskan negara itu dari penajahan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun