Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wanita-wanita Korban Keegoisan Lelaki

17 Oktober 2020   06:08 Diperbarui: 12 Desember 2020   22:28 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamis sore, Okta sudah duduk manis di Kedai Kopi Cinta langganan April sahabatnya. Okta sedang menunggu seorang klien, lebih tepatnya klien April. Okta dan April sudah bersahabat semenjak mereka masih sama-sama kuliah hingga sampai sekarang. Sama-sama berprofesi psikolog, bedanya April sudah punya kantor sendiri sedang Okta tidak.

Seperti saat ini, Okta mendapat klien dari April sahabatnya, sepertinya April kewalahan mendapat banyak klien. Apalagi sekarang April sedang berkeliling Asia bersama Arka suaminya, selama 2 bulan. Sebenarnya Okta merasa  iri melihat keberuntungan sahabatnya. Tapi mau bagaimana lagi?

Okta memandang kosong kearah jendela Kedai Kopi Cinta, terlihat jendela basah terkena air hujan, tetesannya terlihat mengalir pelan di balik jendela kaca. Kopi gula aren dia aduk perlahan dengan pikiran kosong.

Tak lama Okta dikagetkan dengan kedatangan seorang wanita cantik, tiba-tiba duduk di hadapannya dengan memakai kaca mata hitam, baju berwarna kuning dipadu rok blue jean tampak sedikit basah, begitupun dengan rambut lurus sebahunya.

Setelah yakin tidak tidak salah orang, wanita cantik itu tersenyum dan mengulurkan tangannya. Terasa dingin dan basah tangan wanita itu setelah mereka bersalaman. Tangan Okta terasa basah dengan refleks dia melihat ke arah jendela, ternyata hujan semakin deras.

Andrea nama wanita itu dan minta dipanggil Dea. Setelah Dea memesan minuman Kopi Jahe, tanpa diminta ia mulai bercerita.

Dea dan Pram suaminya, menikah selama 13 tahun, di saat usia Dea 18 tahun dan baru lulus SMA karena dijodohkan orangtuanya. Pram anak orang kaya dan dia seorang manager di kantor cabang, yang kantor pusatnya terletak di ibukota.

Awal pernikahan semua berjalan lancar dan terlihat adem ayem, sampai usia pernikahan 5 tahun. Setelah mereka dikaruniai 2 putri yang cantik dan lucu, perangai Pram berubah drastis.

Suaminya jarang pulang dan sering berkata kasar, bukan kekerasan verbal yang diterima Dea tapi juga kekerasan fisik bahkan ia mengalami kekerasan seksual juga. Dea sering dihina karena ia lulusan SMA, padahal sebelum menikah Pram sudah menjanjikan akan mengijinkan jika Dea mau kuliah. Kenyataannya Pram tidak pernah mengijinkan Dea kuliah lagi.

Dea terdiam, ia terisak dan membuka kacamata hitamnya. Dari awal Okta bertanya dalam hati, ketika Dea tiba-tiba duduk dihadapannya dengan tidak melepas kacamata hitam yang dipakainya. Rasa penasaran Okta terjawab, ketika Dea membuka kacamata hitamnya, terlihat matanya bengkak, dan sudut matanya membiru, seperti habis dipukul dengan keras oleh benda tumpul.

Secara perlahan, Dea membuka baju lengan panjangnya terlihat tangannya yang putih penuh luka lebam, bekas gigitan dan cakaran. Luka lama dan baru memenuhi tangannya, belum lagi luka tubuhnya yang tak mungkin diperlihatkan di depan umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun