Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perjalanan Bidadari

9 Agustus 2020   14:23 Diperbarui: 9 Agustus 2020   14:31 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


 Lihatlah, seorang bidadari berjalan dan terus berjalan, meski tertatih perjalanan terus dilalui, tak peduli banyak tangan berusaha menarik, teguh berjalan di jalan sunyi.

Rasa lelah ia rasakan ketika cemoohan terasa  menikam, bagai angin menghempaskan daun kering dari tempatnya.

 

Perjalanan terasa berat, ketika mulut-mulut mulai berkicau, mereka tidak tahu apa yang mereka kicaukan mereka hanya mendengar katanya dan katanya. Sungguh bedebah mulut-mulut tak berpagar.

Bidadari terus berjalan, setitik cahaya ia tuju, perjalanan panjang telah usai ia lalui, mata batin yang bisa melihat, ia berjalan tidak sendirian.

ADSN1919

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun