Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Lelaki Beraroma Kopi

29 Februari 2020   04:42 Diperbarui: 29 Februari 2020   14:43 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lelaki beraroma kopi berjalan di jalan sunyi, menggenggam erat setangkai bunga berwarna putih, sepertinya bunga itu baru mekar, ia pegang erat penuh kehati-hatian. Seolah khawatir satu kelopaknya jatuh ke Bumi.

Lelaki beraroma kopi mendaki sebuah gunung, kaki kokoh berjalan tiada henti mencari dan mencari, ia tak berhenti sampai yang dicari berada dalam genggaman. Tak peduli rintangan dan godaan setan berwajah manis, menggoda kelelakiannya.

Lelaki beraroma kopi sampai di puncak tertinggi, menemukan tempat persembunyian bunga keabadian, menyibak gumpalan awan dipuncak gunung, menembus rinai hujan yang semakin rapat, ia menahan gigil, bunga abadi dalam genggaman.

Lelaki beraroma kopi tersenyum penuh syukur menyatukan bunga yang tak sembarang orang bisa memetiknya. Disatukan dalam satu tempat rahasia tak ada seorangpun dapat mencurinya.

ADSN1919

Catatan: Puisi ini sudah tayang di Secangkir Kopi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun