Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Wanita Rahasia

26 Januari 2020   06:06 Diperbarui: 5 Maret 2020   20:20 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pixabay.com

Siang itu udara terasa begitu panas, mau keluar ruangan terasa malas,  jadinya aku mengurung diri di ruang kantorku seorang diri. Sambil menunggu waktu pulang, aku duduk di kursi berwarna hitam dengan sandaran tinggi, tempat duduknya empuk dengan  empat roda dibawahnya.

Sambil duduk, aku iseng mendorong kursi itu maju mundur dengan mata menerawang. Teringat kisah seorang perempuan cantik bertubuh semok berusia 44 tahun yang memakai celana pendek selutut di padu dengan kemeja berwarna biru yang membuatnya semakin terlihat cantik.

Wanita cantik yang memiliki  rambut sedikit ikal sebahu ini kebetulan anaknya sekolah di tempatku. Entah kenapa siang ini sosok perempuan itu seperti tengah menari-nari di pelupuk mataku. Padahal saat perempuan itu menceritakan rahasia hidupnya. Saat itu anaknya masih sekolah di tempatku. Dan sekarang anaknya sudah duduk di bangku di SLTA.

Wanita cantik yang memiliki rambut ikal sebahu itu berkaca-kaca ketika menceritakan rahasia hidupnya kepadaku. Entah kenapa perempuan itu begitu percaya untuk menceritakan semuanya kepadaku.

Aku terdiam, tidak mampu berkata apalagi  menyela ucapannya, sambil sesekali menarik nafas, aku coba resapi perasaannya dan sebagai sesama wanita yang juga memiliki anak seusia anaknya aku hanya mampu mengelus dada saat mendengar kisah hidupnya.

~~~

Ketika anaknya berusia satu tahun, suami yang dia cintai pergi entah kemana dengan meninggalkan setumpuk hutang, hingga setiap harinya, dia selalu didatangi oleh rentenir yang datang menagih hutang dari lelaki tidak bertanggung jawab, yang telah memberikannya seorang anak lelaki yang saat ini telah duduk di bangku kelas 6 SD. 

Tak lama setelah lelaki pengecut itu meninggalkan dirinya, semua isi rumahnya telah dia jual untuk membayar hutang dan yang terakhir adalah dia dan anaknya, harus terusir dari rumah kontrakan yang selama ini dia tempati, karena tak sanggup lagi membayar sewa bulanannya.

Beruntung atas kebaikan seorang tetangga yang iba melihat keadaannya, dia dicarikan kamar kos yang paling murah dan terletak tidak jauh dari kontrakan lamanya.  Atas kebaikan tetangganya, uang sewa kamar kos untuk satu bulan, kamar itu ditanggungnya dan selanjutnya dia harus membayar uang kamar kos-nya sendiri.

Sambil menyeka airmata, dia kembali melanjutkan kisahnya.

Untuk pulang ke kampung halaman, rasanya tak mungkin ia lakukan, karena kedua orangtuanya telah meninggal dunia dan harta warisan milik keluarganya saat ini telah dikuasai oleh kakaknya yang dia tahu tidak pernah perduli kepada adiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun