Rasa luka itu tak bersayat apalagi berdarah, tapi terasa perih. Sampai jantung ingin ke luar dari tempatnya bersama hati, terasa kencang detaknya. Ia ingin menemani hati terasa luka.
Seandainya jantung bisa keluar bersama hati, ia akan temani hati mencari obat, mengajaknya tertawa melupakan rasa luka.
Tapi aku bukan jantung, aku adalah aku, yang benci terbakar cemburu tapi engkau bermain-main dengan rasa cemburuku, pelan tapi pasti kau kumpulkan kayu demi kayu tuk bakar rasa cemburu.
"Aku tidak mau menyakiti dia, karena sama dengan menyakiti Tuhannya"
Tahukah engkau, kata itu seperti mata pisau yang mengiris sepotong hati. Rasa luka tak berdarah tapi akan ku buat ia berdarah dan sebenar-benarnya luka.
Akan kucabut dari tempatnya, ku bawa padamu sambil berkata, " Tuanku, hatiku sudah tak utuh lagi".
ADSN
Cirebon, 150519