Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan ADSN 21, Pingsan

4 September 2018   18:07 Diperbarui: 4 September 2018   18:51 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebelum menuliskan pengalaman nyata ini, saya akan menjelaskan apa itu pingsan, setelah mencari di mbah Google akhirnya saya menemukan dirinya eeeeh menemukan pengertian pingsan maksudnya.

Dari banyak situs yang dibuka, saya pilih uraian dari situs  alodokter. Dengarkan ya para pemirsa.

Pingsan adalah hilangnya kesadaran sementara yang terjadi secara tiba-tiba, dan sering menyebabkan orang terjatuh. Kondisi yang memiliki istilah medis 'SINKOP' ini termasuk umum terjadi dan cenderung dialami oleh orang-orang berusia 40 tahun kebawah.

Ketika SMA kelas tiga, menjelang Ujian Nasional waktu itu namanya EBTANAS (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional), saya sakit Tipes dan dirawat di Rumah Sakit cukup lama. Berhubung persiapan EBTANAS saya pulang paksa, kembali ke Pesantren Putri As-Syafi'iyah Jatiwaringin.

Di Pesantren ibu menitipkan saya ke kakak Asrama namanya kak Cici. Diantar kak Cici saya berobat jalan untuk ngecek darah, ternyata saya belum sembuh total, dan diharuskan istirahat.

Waktu itu ada program di pesantren, untuk santri senior dan dianggap mumpuni, ditempatkan di asrama santri junior atau adik kelasnya. Saya dan lima teman ditempatkan di Asrama Nona yang isinya anak SMP semua.

Pulang dari dokter saya diantar kak Cici ke asrama, teman kamar baik semua mereka telah membawakan jatah makan malam, setelah makan, minum obat dan sholat saya tidur.

Waktu subuh, saya dibangunkan teman sekamar untuk sholat. Pas bangun, kepala terasa pusing tapi saya memaksakan diri ke kamar mandi. Di kamar mandi sudah banyak yang antri dan saya ikut antri.

Kepala terasa semakin pusing, mual, keluar keringat dan mata berkunang-kunang. Tubuh limbung akhirnya saya pingsan, saya mendengar jeritan sekitar tapi tubuh lemas, mata tak bisa dibuka.

Saya merasakan banyak tangan ditubuh saya, mereka dengan susah payah menggotong saya, membawa ke kamar. Badan saya terasa hangat dibalur kayu putih, samar saya bisa mendengar percakapan mereka, tapi sekali lagi mata sulit dibuka. Sampai kakak asrama datang ke kamar dan menunggui saya.

Setelah sadar, saya bertanya pada teman sekamar, siapa saja yang membawa saya ke kamar. Teman menyebutkan nama-nama adik kelas yang menolong saya. Saya keluar kamar untuk mengucapkan terimakasih pada mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun