Mohon tunggu...
Mina Apratima Nour
Mina Apratima Nour Mohon Tunggu... Jurnalis - :: Pluviophile & Petrichor ::

IG @fragmen.rasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puan dan Tuan, Sang Begawan

12 Agustus 2019   11:44 Diperbarui: 12 Agustus 2019   12:01 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(image: artmajeur.com)

Masih kuingat sepasang netra di bawah lengkungan pegam. Binar-binar tak pernah temaram. Cerlang terang, seolah baskara bermukim sepanjang warsa tanpa padam. Arkian kau gemerlapkan malam-malam penuh gemintang. Yang dulu singgah pun selalu hadirkan gundah... Hei, malam ini aku mengundangmu datang. Kembali duduk di bianglala sunyi, berputar ikuti mimpi yang lalu-lalang pada rua bercabang. Mengetuk kamar pikir yang kuncinya 'tlah kubuang dalam diam..... Malam ini aku ingin mengulang. Dengan segala yang sudah kita buang di tubir kenangan tak berdasar. Malam ini hanya kita dan hamparan bumantara nan legam...

***

Letup rutup kecil terdengar di tengah-tengah permainan. Antara seorang Puan dan Tuan, Sang Begawan. Saling menduga apa yang tersembunyi di tiap rumpang. Apakah sebuah sungkawa atau dikara? Mereka buramkan netra. Menolak loka agar tak kecewa. Terus bermain meski tabir takdir tak tersingkap, segala lelungit masih mengumpat. Sementara Puan dan Sang  Begawan silih tergelak, perlahan semara tualang pada masing-masing atma. Ah, janabijana sang renjana...

***

Setelah itu, pada malam-malam tak berkesudahan, mereka bercermin satu sama lain. Silih menelanjangi rumpang imaji masing-masing. Bergelinjang, melahirkan anak-anak aksara lepas menuju tawang. Menuju moksa. "Sebuah nirmala," katamu. Malam itu, Puan berkalam rincu sedang Tuan, Sang Begawan, menyesap nektar semanis madu. Meninggalkan jejak pada tiap lekuk, Puan meraung tak tentu... Di ruang samsara, dua fontam terbentuk menjadi satu.

Wahai,.....
Sudikah Tuan, Sang Begawan, dengar dan baca seloka?
Seorang narpati yang kehilangan takhta, tatkala Sang Ratu tiada.....


- Bandung, 3 Agustus 2019 -

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun