Mohon tunggu...
Mina Apratima Nour
Mina Apratima Nour Mohon Tunggu... Jurnalis - :: Pluviophile & Petrichor ::

IG @fragmen.rasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Purnama di Bentang Leuser

5 Juli 2019   08:23 Diperbarui: 5 Juli 2019   08:44 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image: goodnightindigo.wordpress.com

Don, tentang purnama yang kau ceritakan di bentang Leuser saat bumantara menghitam. Masihkah ada yang tertinggal? Pendar kartika serupa kembang api, sepertinya lupa kau sebut. Sebelum sesambat kau ucap. Kala rasi tumbang pada sekumpulan sajak usang, dan kau abadi... Sebagai hal-hal yang aku rayakan saat senja berpulang dan gemintang datang. 

Kau yang paling paham, Don. Bahwa selalu ada yang tak selesai di antara keheningan arunika. Pun saat lambaian terakhir baskara pada langit kesumba. Bahwa akan selalu ada yang tertinggal pada hangatnya kecup bibir, sebelum selamat tinggal terucap di sekian hari yang terlewat. Dan kau paham, akhirnya hanya 'kan ada aku dan malam. Menggerayangi kesedihan. Merayakan dekap yang paling jauh dari sebuah pesta yang tak pernah utuh.

***

Di dalam matamu, Don, ribuan kartika menenggelamkan diri. Rasi hilang, bermakam gulita yang hakiki. Lalu kau mengembalikan waktu. Membuat jalan ke masa lalu; sangkur, belati, dan segala yang menyayat ingatan, membuat berdarah kenangan. Komando untuk barikade rasa yang ringkih. Akhirnya luruh, kau dekap erat-erat perih...

Katakan;

Apakah hanya aku yang senang berpesta pora,

di segulita matamu tanpa binasa?


Hingga suatu hari nanti kau menjelma sajak. Sebuah utopia paling sani, pun elegi pada pagi yang abhati. Ah, Don... Kau yang utas melukis pelangi dan merapal madah di sebatang tubuh usang ini. Yang lihai menerungku segala warna warni di jemala tanpa peduli hari. Biar kupetik percik aksara yang ruah dari ranum bibirmu. Hingga basah sekujur puisi, di mentari yang paling pagi.

***

Tetaplah disini, Don. Tunggu sebentar. Peluk ragaku sampai arunika datang, dan membawamu hilang.....

- Jakarta, 18 Juni 2019 -

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun