Mohon tunggu...
Mina Apratima Nour
Mina Apratima Nour Mohon Tunggu... Jurnalis - :: Pluviophile & Petrichor ::

IG @fragmen.rasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Arunika Keempat Puluh Lima

11 Oktober 2018   12:02 Diperbarui: 11 Oktober 2018   12:18 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image: colourbox.com

Di sudut Jakarta aku tunggu kau pulang. Dari perang yang katanya belum usai. Sedang di medan berdarah darah, kau tasbih tanpa lelah. Selipkan Al-Fatihah, sebelum habis lakon senja di ujung hari yang memerah. Lalu kita menjadi pemburu waktu. Agar mekar bunga di hatiku tak kau lewatkan lagi. Sudah berapa musim sejak kepergianmu, Tuan?

---

Sedikit gerimis kucampur dalam secangkir kopi agar manis. Tak perlu deras, ku tak butuh puisi yang romantis. Sambil sulam silam aksara ditambah sekelebat kenangan, jemari fasih menjahit angan, janji, dan harapan. Lebih cepat tiba dari burung burung migran. Lebih jatuh dari sekedar tetes hujan. Lebih keras dari bunyi tonggeret kala malam. Sajak lahir saat cinta terpaut jarak. Ah, ternyata masih kau yang mahir meretas sabda dari rerimbun pohon aksaraku..... Kusesapi kopi yang sedari tadi tersaji. Barangkali ia mampu usir sepi. Meski pekat segulita carut luka. Tapi sedikit lebih hangat dari gugur daun magnolia tua. Sedikit lebih harum dari segar arumdalu muda.
.
.
.
Arunika keempat puluh lima. Lagu itu memutar lagi hangat pelukmu. Lalu aku pura-pura tabah. Pura-pura berani menghadapi pagi yang melulu tanpa kamu.....

- Jakarta, 11 Oktober 2018 -

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun