Mohon tunggu...
Sutrisno
Sutrisno Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker Komunitas

Entrepreneur tata graha akreditasi, sedang belajar di Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Antara Aku, Kau, dan ASN Tenaga Kesehatan

30 Oktober 2018   19:46 Diperbarui: 30 Oktober 2018   21:14 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto:dokumentasi pribadi

Mereka bahkan tidak lagi membedakan antara resiko pekerjaan dengan musibah. Intaian resiko yang sehari-hari mereka lalui dijalan. Resiko yang terjadi adalah musibah, begitu mungkin mereka berpikir, bukan sebaliknya menganggap musibah sebagai bagian dari resiko pekerjaan.

Waktu beranjak petang, obrolan panjang kami berakhir. Kuantarkan mereka berjalan kaki menuju kendaraan mereka yang terparkir cukup jauh dari rumahku yang memang cukup menakutkan untuk dilalui mereka-mereka yang tidak terbiasa. 

Sungguh sore yang membuka mataku tentang mereka,  drama mereka yang tidak pernah tersorot kamera media. Bahkan aku pun tak yakin jika mereka-mereka di seberang sana, aku tak yakin mereka memilih puskesmas sebagai tempat berobat. 

Mungkin tidak, mungkin karena mereka lebih percaya pada rumah sakit-rumah sakit swasta dengan fasilitas wah, biaya pun sudah tercover asuransi yang mungkin bukan BPJS Kelas III seperti kami. Sehingga  tidak banyak mereka mengenal tenaga kesehatan. Dan membuat mereka tidak bersyukur dengan tempat dimana mereka duduk saat ini.

ASN sebagai "wahyu" dan amanah                                            

Aku pun berpikir, dahulu kala, ketika prajurit, abdi dalem, menjadi bagian dari sebuah sistem kerajaan. Mereka selayaknya telah mendapat 'wahyu' sebagai sebuah jabatan yang melekat. Sama halnya  ketika kini seseorang menyandang predikat ASN sebagai sebuah jabatan. Itu juga bisa dikatakan sebagai sebuah 'wahyu' yang tidak diturunkan oleh Tuhan pada sembarang orang, tidak bisa dipaksakan.

Walaupun mungkin Anda bisa membelinya dengan harta yang Anda miliki, belumlah tentu Anda dipercaya oleh Tuhan untuk mengemban amanah sebagai ASN, sebagai pelayan masyarakat dalam sebuah sistem pemerintahan.

Dengan modal dasar itu, ASN adalah sebuah amanah sekaligus takdir, yang  takdir itu kini diperebutkan oleh jutaan orang di seluruh Indonesia yang berusaha merangkai sebuah obsesi menjadi ASN. Kelak ketika mereka menjadi ASN semoga mereka mampu menjiwai jiwa-jiwa seperti tenaga kesehatan di wilayah pedalaman. 

Karena itu akan mampu membuat mereka lebih bersyukur menjauhkan mereka dari keluh kesah dan selalu merasa kurang ketika sebenarnya negara telah membayar mereka berlebih, bahkan jauh melebihi apa yang mereka berikan kepada negara dan masyarakat.

Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun