Mohon tunggu...
Apiko Joko Mulyono
Apiko Joko Mulyono Mohon Tunggu... -

Jurnalis independen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Temukan Beribu Cara Bantu Gaza

4 Agustus 2014   20:10 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:26 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14071324911938380154

Berita negatif yang bikin miris,  ‘pintu Rafah’ sebagai satu-satunya akses ke Jalur Gaza, dibuka-tutup  semaunya oleh otoritas Mesir. Karena itulah,  bantuan dunia ke Gaza terhambat. Bahkan tak semua lembaga dunia bisa dapat izin masuk Gaza.  Apakah lantas dunia ‘berhenti’ membantu Gaza?


Benar, pemerintah Mesir mengetatkan aturan masuk ke Palestina (melalui pintu Rafah). Sampai tulisan ini dibuat, sejumlah lembaga nonpemerintah (NGO) Eropa seperti MSF, NGO Norwegia, Swedia, dan Denmark juga terhalang dalam upaya menyalurkan bantuan secara langsung pada korban di Gaza. NGO Eropa bahkan tidak mendapat surat izin dari Kementerian Mesir sama sekali.

"MAPIM (Majelis Perundingan Pertubuhan Islam Malaysia/Malaysian Consultative Council of Islamic Organisation) sudah empat kali mencoba sejak April lalu, tetap tak berjaya,” kata Direktur ACT Cabang Malaysia, Mohammad Riadz Hasyim yang memimpin Tim SOS Palestine kedua tahun ini. Salah satu pertimbangan sehingga ACT Malaysia memimpin tim, karena Malaysia sejak lama bebas visa ke Mesir.

Tim kedua ini merupakan ikhtiar setelah melewati berbagai persiapan selama sepekan di Kairo. Prosedur sudah dilakoni,  pelaporan rencana ke pihak Kedutaan Besar RI dan Kedutaan Malaysia di Kairo, berkoordinasi dengan NGO dan badan lain sebagai langkah  mencari peluang masuk ke kawasan yang menjadi sasaran pemboman Zionis Israel. Tim sebelumnya, terganjal masalah yang sama. Mereka mengurus proses perizinan melalui Jordania, dipimpin Andhika Purbo Swasono.

ACT menyiapkan  sejumlah personal strategisnya untuk siap merespon krisis Palestina, meskipun giliran keberangkatan tak bisa ditetapkan segera. “Kabar terhambatnya tim Indonesia dan Malaysia masuk Gaza bukan berarti bantuan tak tersalur. Semua bisa masuk Gaza, insyaAllah, dengan banyak ikhtiar, doa dan keyakinan. Risiko apapun, sudah menjadi hal yang siap dihadapi para pegiat kemanusiaan. Masyarakat Indonesia dan Malaysia di manapun berada, selain membantu dana, do’akan kami sukses menunaikan amanah,” ungkap N. Imam Akbari, Senior Vice President ACT yang juga memmpin tim internasional Global Philanthropy Network (GPN).

Dari Kairo, ACT mendapat laporan, tim  sudah bertemu dengan banyak NGO di sini. “Semuanya sedang mencari jalan untuk masuk,” tutur Riadz  Hasyim lebih lanjut.  Sebelumnya,  tim juga sudah berkoordinasi dengan Red Crescent Egypt untuk mendapatkan surat izin memasok obat-obatan ke Gaza. Tim ACT juga sudah bertemu dengan NGO yang sudah berada di Cairo seperti MAPIM Malaysia dan Aman Palestine. Berbagai NGO juga berkoordinasi dengan UNRWA (The United Nations Relief and Works Agency).

“Hampir semua NGO ini menghadapi jalan buntu untuk mengirim relawan medis ke Gaza.  Saat ini, hanya NGO dari Uni Arab Emirate, Saudi Arabia, Turki dan PBB yang bisa masuk ke Gaza. Itupun untuk suplai makanan dan obat-obatan. Waktu masuk juga terbatas hanya di saat ada gencatan senjata sementara di antara Hamas dan Israel,” kata Yusnirsyah Sirin, Tim ACT dari Global Partnership Network.

Kegigihan dan debat untuk meyakinkan pemberian izin petugas pemegang otoritas pintu Rafah, tak terbantah. ”Kalian pulang saja,” kata si petugas sambil mengeluarkan pistol revolvernya. Tim keluar ruangan. Mareka sempat menunggu tiga jam memikirkan jalan dan berkoordinasi dengan beberapa pihak sebelum memutuskan untuk kembali ke Kairo. Perjalanan dari check point ke Kairo makan waktu empat jam.

Kerumitan di check point Rafah, bukan “kiamat” pemberian bantuan untuk Gaza. Sejak tahun 2010 ACT sudah mengirim bantuan, ada atau tidak ada serangan Israel ke Palestina. “Hanya saja, pasca serangan dan lonjakan korbannya begitu hebat, lonjakan dukungan dan kepedulian lebih hebat lagi. Berkat interaksi dengan lembaga sosial di Gaza, berbagai amanah bisa diwujudkan dan sampai ke tangan yang berhak,” jelas N. Imam Akbari yang pernah menyampaikan bantuan langsung di Jalur Gaza, sebagaimana Riadz Hasyim dan sejumlah personil ACT.

Pertengahan Ramadhan baru-baru ini, sepuluh sapi rata-rata seberat 520 kilogram bisa dipotong di Gaza dan dagingnya dibagikan untuk warga Gaza. “Mereka bisa menikmati santapan daging saat Lebaran, selain menerima seribuan paket pakaian untuk anak-anak Gaza. Jangan tanya harganya. Melejit, tapi tetap kami beli sebagai wujud penunaian amanah. Alhamdulillah bantuan sudah diterima warga Gaza dengan rasa syukur,” ungkap Imam.

Fakta ini memberi harapan besar, banyak cara membantu Gaza. Rakyat Gaza tak menadahkan tangan, sebagai bangsa terhormat. “Mereka punya seribu satu cara, juga nyali, sehingga kepedulian Anda sampai ke tangan yang berhak,” Imam menegaskan.

Anda peduli? Salurkan dana simpati anda melalui Rekening SOS Palestine: BSM 101 000 5557 | BRI 092 401 000018 304 | Muamalat 304 0031 870 | Mandiri 128000 4593338 | BNI 014 076 5481 | BCA 676 030 0860. An. Aksi Cepat Tanggap.

Foto: Senyum warga Gaza menerima penuh syukur simpati rakyat Indonesia, diantara berupa bantuan pangan termasuk daging sapi segar yang dipotong di Bumi Palestina. (Dok. ACT)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun