Udara bersih
makin langka
setiap hari angka ISPU kian tinggi
hujan deras tak kunjung datang
Tinggal di Jambi tak lagi menyenangkan sejak minggu ketiga Agustus. Asap semakin tebal dan tebal. Semula sempat dilakukan libur karena asap sebab diinstruksikan pemerintah kota dan provinsi. Dinas pendidikan yang semula ragu akhirnya mendukung. Repotnya libur membuat pembelajaran tertinggal dari target. Beberapa sekolah yang menyelenggarakan ujian tengah semester mengeluh. Pemerintah menyiasati dengan instruksi memberi PR. Giliran orang tua yang mengeluh karena tidak memahami PR qnak anaknya. Beberapa orang tua juga mengeluhkan anak tidak bisa tinggal diam di rumah. Lebih baik ke sekolah.Jika masih di Jambi, sama sama menghirup udara berasap, sudahlah sekolah saja.
Dilema memang. Orang tua yang mampu bisa membelikan tiket ke luar kota seperti Jakarta atau tempat lain yang aman. Lewat Palembang yang masih ada jalur penerbangan. Namun orang tua yang pas, memilih membelikan masker dan mendorong anak tetap sekolah.
Anak anak memang sebagian besar bermobil ke sekolah. Amanlah dari asap di perjalanan. Sampai ke sekolahpun mereka langsung masuk ruangan tertutup. Terkendali.
Tetapi akibat asap sudah ada korban jiwa. Sakit akibat sesak nafas dan juga demam akibat udara tak menentu.
Tak ada yang bisa membantu. Udara bersih hanya dimungkinkan dengan mengungsi. ATAU HUJAN DERAS. Tapi, kapan? Hujan kecil tak membantu.
Saat ini, malah akhirnya menyadari, dulu punya udara bersih, ga pernah bersyukur. Sekarang baru tahu kan bahwa udara bersih itu mujizat ALLAH bagi umatNya? Tulisan ini dibuat untuk
1. Bersyukur disadarkan udara bersih berharga