Mohon tunggu...
Maria Margaretha
Maria Margaretha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Blogger.

Teaching 1...2...3. Knowledge is a power. Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Sate Khas Pamekasan, Madura

4 September 2013   10:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:23 1053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa sih yang tidak mengenal sate? Hampir semua orang mengenal makanan yang dibuat dengan menusukkan isinya pada batangan bambu atau kayu ini. Ada berbagai jenis bahan dasar makanan ini. Semula yang umum adalah daging, baik ayam, sapi maupun kambing. Namun demikian berjalannya dengan waktu makanan ini mulai menjadi makanan yang bisa dibuat dari berbagai bahan, seperti sosis, dan tak jarang juga buah-buahan.

Di tempat saya dibesarkan, ada makanan yang unik, yang setahu saya tidak ditemukan di daerah lain. Namanya SATE LALAT atau lebih dikenal dengan sebut SATE LALER. Namun makanan ini tidak terbuat dari lalat, melainkan potongan dagingnya saja yang kecil-kecil sehingga menyerupai lalat. Dalam 1 tusuk sate hanya terdapat 3 hingga 5 potong daging. Bumbu yang digunakan untuk memperlezat rasa sate lalat ini adalah bumbu kacang yang dicampur kecap dan sambal. Dalam membakarnya sate lalat ini harus dibolak - balik dengan cepat supaya tidak gosong.

Sate lalat ini dikembangkan dan dipopulerkan oleh orang Pamekasan sekitar 25 tahun lalu dan masih ada hingga sekarang. Orang yang pertama kali mengembangkan sate lalat ini, semula berjualan dengan menggunakan alat-alat tradisional. Tidak menggunakan gerobak, tetapi menggunakan anyaman bambu lalu dipikul keliling kampung. Awalnya sate lalat hanya ditemukan di Bioskop Jaya Pamekasan, terus berkembang hingga sekarang dapat ditemukan di setiap penjuru kota Pamekasan, salah satunya di Jalan Niaga I dan Jalan Niaga II. Penjual lain juga ada di Jalan Trunojoyo.

1378264647704350176
1378264647704350176

Hal yang membedakan sate lalat dengan sate yang lain terletak pada sajiannya yang lebih gurih dan nikmat. Porsinya kelihatannya lebih banyak dari sate-sate biasa karena per porsi 20-25 tusuk sedangkan sate biasa perporsinya hanya 10 tusuk. Tetapi, sebenarnya tidak juga, karena ukuran potongan dagingnya itu membuat sate ini seolah porsinya lebih banyak. Pada umumnya sate dibungkus dengan daun pisang, jika dibawa pulang, atau dimakan dengan alas daun pisang. Paling enak makan di tempat, tentu saja. Sate masih hangat dan bumbu bisa nambah, kalau kurang.

Selain ukuran daging dalam tusukan sate, proses pembuatan bumbu sate lalat, sedikit berbeda. Sate lalat tidak menggunakan kacang goreng, tapi menggunakan kacang yang terlebih dahulu disangar (disangrai) lalu di masak dengan air setelah itu di haluskan.

Sekarang, kenapa tidak datang dan mencobanya sendiri? Saya sudah 15 tahun meninggalkan Pamekasan Madura, namun setiap kali mendengar sate disebutkan, ingatan dan lidah saya seolah kembali ke masa-masa saya berebut menikmati sate ini. Sate lalat, hayo dicoba.... Te... sateeeee... :D

Salam Bahagia, (menikmati kuliner)

Maria Margaretha

Sumber: 1, 2, 3

tulisan ini diikutsertakan pada http://www.indonesia.travel

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun