Mohon tunggu...
Hendrie Santio
Hendrie Santio Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Serabutan

Seorang Serabutan yang mencoba memaknai hidup

Selanjutnya

Tutup

Metaverse

Mengenal Franchising dalam Kompetisi Esports dari Kontroversi 15 Miliar Slot MPL

6 Juli 2019   18:50 Diperbarui: 6 Juli 2019   18:56 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
E-Sport. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jamie McInall

Kemunculan MPL turut mendorong baik kemunculan organisasi-organisasi esports yang dikelola dengan manajemen profesional layaknya klub olahraga profesional maupun popularitas tim-tim profesional yang sudah lebih dahulu berdiri, Sebut saja Rex Regum Qeon yang boleh dibilang mendapatkan banyak engagement dengan fans esports Indonesia setelah lama malang melintang  melalui Mobile Legends atau tim-tim baru seperti Onic, Louvre dan Star8 yang menjadikan Mobile Legends sebagai fokus utama.

 Namun kemesraan tim-tim esports Indonesia dengan Mobile Legends terancam bubar.  Berawal dari pernyataan Bos Louvre Esports, Erick Herlangga yang membocorkan pertama kali ada perubahan format kompetisi MPL di musim keempatnya nanti, dimana biasanya tim yang berlaga cukup mengikuti kualifikasi terbuka atau predikat 4 besar dari musim sebelumnya kini harus membayar dana sebesar 15 Miliar kepada Moonton Inc. selaku penyelenggara. 

Ide pay to play ini ditentang oleh sang bos Louvre dengan mengutip sejumlah alasan mulai dari kekhawatiran pergeseran orientasi pemain menjadi lebih materialistik hingga kehilangan kesempatan membela nama Indonesia di ajang multievent. 

Sebagai catatan, perubahan sistem Franchise ini juga dibarengi dengan kontrol properti Moonton yang lebih ketat, ajang penyaringan timnas SEA Games untuk Mobile Legends yang diselenggarakan kemenpora misalnya mendapat teguran lantaran menggunakan properti intelektual berupa logo Mobile Legends. 

Dari segi finansial, biaya hak tanding tersebut juga harus linier dengan proyeksi keuntungan yang didapat tim partisipan seperti pembagian keuntungan liga dari para sponsor. Adanya expectation gap antara biaya mendaftar yang harus dikeluarkan dengan proporsi profit yang bakal didapat organisasi tak ayal membuat keberatan Bos Louvre mendapat justifikasi.

Ide Franchising ini juga  mendapat sambutan yang kurang baik  alih-alih ide ini banyak dicibir lantaran publik esports Indonesia memang tidak begitu akrab dengan sistem ini, terutama dikait-kaitkan dengan prizepool atau hadiah pemenang MPL yang "hanya" berkisar 100 ribu dollar. Namun tidak semua menyuarakan nada sumbang terkait sistem Franchise ini. CEO RRQ Andrian Pauline atau yang biasa dipanggil AP cukup memandang positif format ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun