Mohon tunggu...
Hendrie Santio
Hendrie Santio Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Serabutan

Seorang Serabutan yang mencoba memaknai hidup

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Artikel Utama

Nasib Esports Selain Mobile Legends di Indonesia

27 Februari 2019   18:34 Diperbarui: 28 Februari 2019   14:48 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora) Imam Nahrawi (berdiri) berfoto dengan para atlet eSport Indonesia di Wisma Menpora, Jakarta, Selasa (29/1/2019). (KEMENPORA)

Tidak ada yang pernah menyangka sebuah game smartphone dapat sampai menarik perhatian seorang presiden untuk sampai membuatkan turnamen khusus berskala nasional baginya. 

Yap, Mobile legends menjadi game pertama yang diperlombakan di Piala Presiden dan boleh jadi disejajarkan derajatnya dengan sepakbola yang juga diperlombakan di kompetisi dengan nama serupa. Atau kalau mau disimpulkan bisa dibilang kalau di olahraga konvensional sepakbola adalah olahraga terpopuler maka mobile legends adalah "olahraga" digital yang paling merakyat.

Meski begitu ada sebuah catatan yang patut diangkat dari fenomena mobile legends ini. Game yang sangat populer di Indonesia ini hingga mampu menjadi topik pembicaraan bagi figur publik (Brisia Jodie, Boy William, hingga ketua MPR Zulkifili Hasan) sebenarnya tidak begitu dikenal di kancah internasional. 

Game yang berhasil melambungkan nama-nama seperti Tobias "Jessnolimit" Justin hingga menjadi pemenang dari ajang penghargaan televisi ini tidak mendapat tempat di regional yang perkembangan esportsnya lebih maju seperti Eropa dan Asia Timur. 

Konsekuensi langsung dari realita ini adalah kompetisi internasional untuk Mobile Legends terbilang sangat minim sementara sebagai atlet dari cabor manapun sementara kesempatan mengikuti kompetisi global adalah pencapaian tertinggi dalam karir mereka. 

Bahkan dengan adanya proyeksi bahwa esports akan menjadi salah satu cabang olahraga di Olimpiade Tokyo mendatang, hampir mustahil kita bisa melihat atlet esports kita berkesempatan membawa bendera merah putih kalau dia merupakan pemain Mobile Legends.

sumber : Twitter Reza Oktavian @ybrap
sumber : Twitter Reza Oktavian @ybrap
Secara keseluruhan, tahun 2018 merupakan momentum yang teramat baik bagi perkembangan esports di Indonesia. Momentum itu muncul dari hadirnya tim dota 2 sekelas Natus Vincere bersama dengan Dendi dan Evil Geniuses ke Jakarta untuk pertama kalinya, lolosnya Boom.id ke turnamen minor internasional valve, dan keberhasilan dua pemain bintang Indonesia yaitu Kenny "Xepher" Deo dan Muhammad "Inyourdream" Rizky membawa tim mereka Tigers memenangi turnamen minor. 

Sementara dari cabang CS: GO pemain kita Kevin "Xcurrate" dan Hansel "BnTet" Ferdinand menancapkan namanya sebagai atlet bintang dengan menjadi pemain andalan bagi tim terkemuka di Tiongkok yaitu Tyloo. Bahkan pemain Hearthstone kita Hendry " Jothree" Handisurya berhasil membawa nama Indonesia meraih peringkat kedua dalam partai eksibisi Asian Games 2018 kemarin serta tim Vainglory asal Indonesia Elite8 yang dapat menembus kejuaraan dunia meski tanpa animo dan perhatian yang memadai dari para pemangku kepentingan esports di Indonesia. 

Yang menjadi benang merah dari momentum ini adalah adanya jurang perhatian dari pemangku kepentingan esports di Indonesia antara judul-judul game di atas dengan Mobile Legends yang pada tahun yang sama tidak ada tim asal Indonesia yang berhasil mencapai final daripada turnamen regional. Misalnya, berapa kali nama daripada pemain-pemain di atas masuk ke website resmi Kemenpora. 

Atau katakanlah bagaimana langkah pembinaan lanjutan bagi cabang Hearthstone yang nyata-nyatanya sudah menunjukkan prestasi di level Asia atau hanya berhenti dengan Jothree di Asian Games kemarin?

Piala Presiden

Pada dasarnya semua inisiatif pemerintah dalam hal ini diwakili oleh kemenpora untuk mengadakan turnamen esports berskala nasional harus diapresiasi, tetapi melihat bagaimana pemberian titel Piala Presiden hanya terkhusus bagi game Mobile Legends saja sebenarnya memperlihatkan bagaimana Kemenpora terlihat menganakemaskan game ini karena lebih menjual secara popularitas. 

Padahal dapat dibayangkan apabila kemenpora berkomitmen untuk membuat cetak biru pembibitan atlet usia dini bagi game-game seperti dota 2, League of Legends, Counter Strike dan game lain yang lebih menjanjikan di kancah internasional, bukan tidak mungkin kita akan melihat nama-nama seperti Inyourdream dan Xepher bisa meraih trofi aegis The International di kemudian hari atau melihat BnTeT dan Xcurrate dapat bersanding dengan nama-nama legenda di Counter Strike seperti Olofmeister atau Dev1ce.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun