Mohon tunggu...
Aola Aufiyatu Annajah
Aola Aufiyatu Annajah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Manajemen Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta

Buatlah terkenang dengan sastra, jadilah indah dengan seni.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sudahkah Kita Merdeka Belajar Selama Pandemi?

28 Desember 2020   07:29 Diperbarui: 28 Desember 2020   22:12 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Sebagai upaya untuk menangani penyebaran covid-19, pemerintah mengeluarkan putusan diberlakukannya daring sejak 16 Maret 2020. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menerbitkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19). Terhitung dari 16 Maret 2020, sudah hampir 10 bulan siswa/mahasiswa melaksanakan pembelajaran jarak jauh. 

Tentu bukan hal yang mudah bagi siswa/mahasiswa termasuk saya sebagai mahasiswa baru untuk menjalani keputusan tersebut. Mulai dari ketiadaan Ujian Nasional dan segala bentuk kelulusan sampai kepada proses menjadi mahasiswa baru yang sedari awal dilaksanakan secara online. 

Kegiatan ospek sebagai penyambutan mahasiswa baru di kampus pun harus kami nikmati dalam pertemuan virtual melalui aplikasi zoom. Bahkan kuliah hari pertama sampai hari ini pun masih kami jalani dari rumah melalui berbagai aplikasi pendukung seperti Zoom, Google Meet, whatsApp (WA) ataupun media lainnya sebagai media pembelajaran. 

Kendala kami bukan lagi tentang adaptasi anak rantau di kota orang, tetapi tentang kendala jaringan, kuota, wifi, media pendukung seperti handphone dan laptop yang seringkali bermasalah karena terlalu sering digunakan dan terlalu banyak ruang yang digunakan untuk menyimpan file pembelajaran. 

Bukan hanya itu, kewajiban kami sebagai mahasiswa pun kerap kali bersautan dengan kewajiban kami sebagai anak di rumah. Sebelum masuk dalam pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu saya ucapkan permintaan maaf apabila pihak-pihak terkait yang akan saya bahas di bawah ini merasa tersinggung dengan kata-kata dan keluhan yang saya tuliskan.

Jujur, pertama kali menjalani kuliah secara daring ada beberapa hal yang masih bisa saya syukuri. Tapi semakin lama dijalani, semakin saya muak dengan rutinitas yang setiap hari hanya itu itu saja. Dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore tiada habisnya menatap layar laptop/handphone. Belum lagi untuk mengerjakan tugas dengan batas waktu tidak sampai 1 minggu dan parahnya ada juga beberapa yang hanya diberi waktu di hari yang sama sampai jam 12 malam. 

Setiap hari terus berulang seperti itu sampai pada akhirnya merasa, kok begini banget ya rasanya kuliah online. Bahkan saya pernah berada pada titik dimana saya ingin sekali marah, menangis karena rentetan tugas yang tiada henti, kurangnya waktu tidur, mata minus yang semakin parah, ditambah lagi keseharian menjalani tugas di rumah sebagai anak yang tentunya masih harus berbakti membantu ini dan itu. Terkesan klise dan terlihat seperti dilebih-lebihkan. 

Tapi jujur, setelah menjalani sistem yang seperti ini saya merasa lebih sensitif dengan banyak hal. Candaan dari beberapa orang yang seharusnya bisa menghibur diantara penat, saat sampai di telinga malah menjadi boomerang  yang justru membuat saya merasa terganggu atau bahkan sampai marah. Bukan hanya saya, beberapa teman kuliah pun mengeluhkan hal yang sama. 

Sampai akhirnya saya merasa ada yang salah dengan diri saya begitu juga dengan teman teman kuliah saya. Sampai suatu hari timbullah beberapa pertanyaan seperti "inikah kemerdekaan belajar yang kami mau? Inikah sistem belajar yang kami butuhkan? Sekosong inikah kehidupan kuliah yang akan terus kami jalani?" dan banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang terus bermunculan di kepala.

Terlepas dari kecanggihan teknologi dalam memudahkan pembelajaran jarak jauh, tentu masih banyak kendala yang kami hadapi selama proses pembelajaran berlangsung. Kendala tersebut diantaranya adalah masalah kestabilan jaringan yang seringkali membuat beberapa dari kami tertinggal ketika melakukan pembelajaran via zoom dan google meet. Masalahnya, ketertinggalan dalam aplikasi tersebut apabila telah selesai tidak ada lagi jejak materi pembahasan seperti yang ada dalam aplikasi WhatsApp dimana kami masih bisa mendengarkan penjelasan dosen di voice note setelah jaringan membaik. 

Kuliah daring yang awalnya saya pikir bisa lebih banyak memanfaatkan waktu di rumah ternyata tidak semulus seperti apa yang saya bayangkan. Hiburan di rumah selama pandemi nyatanya tidak banyak kami nikmati ketika beban-beban tugas mulai membayangi kepala. Kepenatan sehari-hari yang saya rasakan selama proses daring di masa pandemi ini pun susah mendapat waktu luang untuk sekadar menikmati ketenangan melukis dan menulis karya sastra yang telah lama saya gemari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun