Pandemi Covid 19 telah merubah sendi-sendi kehidupan kita. Hal yang terdampak bukan hanya dalam sektor kesehatan saja. Tapi juga pada sektor perekonomian. Kebijakan pemerintah yang mengharuskan orang-orang untuk tetap berada di rumah menuntut para pengusaha untuk kreatif dalam menyikapi hal tersebut. Guna terus bertahan di badai Covid 19 ini.
Industri-industri besar-pun goyah dengan keadaan ini. Apalagi industri kecil? Hal yang dirasakan oleh teman saya bernama Rioni. Dia adalah seorang wirausahawan UMKM tas anyaman di Banyuwangi. Keadaan mengharuskan dia memutar otak untuk terus menjual tas anyaman guna meraih pundi-pundi rupiah. Tas yang biasanya dipasarkan di pasar-pasar dan toko-toko daerah lokal harus dibatasi karena adanya kebijakan Lockdown diawal pandemi. Bahkan ada juga yang berhenti kulakan tas anyaman karena penjualan terus menurun. Hal tersebutlah yang kemudian membuat Rioni harus memutar otak untuk terus memasarkan tas anyaman-nya.
Berbekal relasi yang dimilikinya, Rioni mulai meluaskan area pemasaran sampai ke luar kota lewat media sosial. Dia mulai memasarkan tas anyaman-nya ke luar kota pada pertengahan 2019. Meskipun dia tidak memiliki basic marketing online tapi dia tetap memulainya sambil belajar. Dia percaya bahwa kepercayaan merupakan modal nomor satu dalam berbisnis.Â
Rioni berhasil meluaskan area pemasaran tas anyaman-nya ke beberapa kota sekitar, antara lain Malang, Situbondo, Surabaya, dan Jember. Meskipun sampai pada akhir 2019 pemasukan terbanyak adalah dari penjualan lokal.Â
Masalah muncul pada awal 2020, tepatnya bulan Maret, ketika Covid 19 mulai masuk ke Indonesia. Pemerintah memberlakukan beberapa kebijakan saat itu, seperti Lockdown, karantina wilayah dan lain sebagainya. Kebijakan-kebijakan ini membuat mobilitas penduduk dibatasi. Memang hal ini baik untuk menekan angka penyebaran Covid 19 di Indonesia. Tapi kebijakan ini juga memunculkan masalah lainya. Terutama bagi UMKM di Indonesia.
Bisnis tas anyaman Rioni merupakan satu dari sekian banyak UMKM yang terdampak kebijakan tersebut. Karena masih bergantung terhadap penjualan lokal, alhasil penjualan tas anyaman Rioni turun bahkan sampai 50% pada 3 bulan pertama sejak diberlakukannya karantina wilayah oleh pemerintah. Hal inilah yang membuat dia berpikir bagaimana caranya terus menjual tas anyaman-nya meskipun di saat pandemi. Berjualan online merupakan jawaban dari hal tersebut. Mengingat data penjualan online di Indonesia terus naik sejak awal pandemi dan sejak diterapkannya kebijakan Lockdown oleh pemerintah. Memanfaatkan peluang tersebut Rioni mulai memaksimalkan penjualan online-nya.
Mitra demi mitra mulai berdatangan dari setiap kota-kota besar di Indonesia. Terhitung Januari 2022 sudah bertambah lebih dari sepuluh mitra dari kota-kota besar di Indonesia, antara lain Surabaya, Kediri, Trenggalek, Nganjuk, Bojonegoro, Malang, Situbondo, Jember, Pasuruan, Jogja, Purbalingga, Indramayu, Jakarta, Jambi, Bandar Lampung, Bali, Gorontalo, Sumbawa, Merauke dan Sidoarjo.
JNE Merupakan salah satu Jasa kirim di Indonesia yang konsisten untuk terus mendukung UMKM di Indonesia terutama di masa-masa pandemi.Â
"Layanan-layanan JNE, seperti JNE Trucking dan JNE Oke benar-benar membantu saya dalam menjalankan operasional UMKM saya". Kata Rioni dalam wawancara.Â