Sore itu, aku dikejutkan oleh kedatangan seorang perempuan yang ingin menemuiku dengan amarah. Tak pernah kukenal dia sebelumnya, tetapi dia seperti mengenal diriku.
"Ada yang bisa saya bantu? Saya Rena." tanyaku sopan.
"Ooh, jadi kamu yang sudah membuat Ardy sakit? Selamat, ya! Kamu berhasil mengirim  Ardy masuk rumah sakit." Ucapannya sungguh  menyakitkan hatiku.
Aku tak tahu apa maksud ucapannya, Ardy masuk rumah sakit? Ada apa dengannya, aku memang sudah sebulan ini tak menemui Ardy. Emosiku pun mulai terpancing, siapa perempuan ini sebenarnya, tiba-tiba  datang melabrak.
"Ya, kamu pacar Ardy 'kan? Dia sangat menderita karenamu, dan saat ini sedang terbaring sakit juga karenamu. Apa lagi yang kamu  harap darinya?" Perempuan itu semakin membingungkan.
"Di mana Ardy berada? Ada apa dengannya? Rumah sakit mana?" tanyaku kesal dan tak ingin berdebat dengannya. "Segera katakan di mana Ardy, sebelum saya berubah pikiran dan mengusirmu!" Amarahku semakin memuncak.
Perempuan tinggi itu menyebut nama sebuah rumah sakit lengkap dengan ruangan di mana Ardy dirawat. Segera kutinggalkan perempuan itu lalu bergegas menuju ke rumah sakit.
***
Kupandangi Ardy yang sedang tertidur, tak ada seorang pun menjaganya. Kutatap lembut wajah lelaki tampan yang terkulai lemah itu. Siapa yang mengurusnya selama sakit?
Tiba-tiba Ardy terbangun, ia kaget melihatku duduk di samping tempat tidurnya.
"Lho, kamu kok di sini? Siapa yang kasih tahu?" Terdengar lemah suaranya.
"Hei, apa kabar? Bagaimana keadaanmu? Sudah lebih baik?"