Jarum jam menunjukkan pukul 2 pagi, Fredy pulang dan mengetuk pintu sangat keras. Tampak tak sabar sekali menunggu Vanda membuka pintu.Â
"Apa sih kerjamu? Buka pintu saja lama sekali!" bentaknya pada Vanda.
"Maaf, aku tertidur, jadi tidak dengar Abang pulang."
"Kalau bukan karena kandunganmu, aku tak sudi pulang!" teriak Fredy.
"Bang! Apa maksudmu? Ini anakmu, darah dagingmu. Tega kau katakan itu padaku!" Vanda menjerit mendengar kalimat Fredy.
"Sudahlah, aku pusing! Aku mau tidur. Jangan ganggu aku!" suara Fredy meninggi .
Sambil berjalan sempoyongan dia masuk kamar dengan mulut bau alkohol. Vanda hanya berdiri sambil berlinang air mata.
Fredy yang dulu baik dan penuh kasih sayang telah berubah. Perhatian Fredy yang berlebihan kepada Vanda membuat Rony --Kakak Vanda-- mengizinkan Fredy menikahi Vanda.
Namun, keadaan berubah setelah Fredy mempunyai komunitas baru. Sering keluar malam dengan alasan ada urusan yang harus diselesaikan, dan pulang selalu dalam keadaan mabuk.
***
"Van, perutmu makin hari makin besar. Pikirkan lagi kalo mau bertindak," Mira menasihati.
"Aku sudah tak sanggup, tiap hari dia pulang malam dalam keadaan mabuk, marah, merusak barang yang ada di dekatnya. Apalagi yang harus kulakukan, selain pergi darinya?" Bulir bening mengalir di pipi Vanda yang tirus.