Mohon tunggu...
Any Sukamto
Any Sukamto Mohon Tunggu... Penulis - Belajar dan belajar

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Ada Cinta di Kampus Biru

2 Juni 2020   03:03 Diperbarui: 2 Juni 2020   03:06 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Pixabay.com

"Ranti, ditunggu Hami di ruang rektorat. Dia butuh kamu secepatnya, susul segera!" teriak Mbak Ria di halaman parkir kampus sambil setengah berlari, "dukung dia, beri semangat, kamu yang dibutuhkannya saat ini." Segera aku bergegas, entah apa yang terjadi dengan Hami. Tiba-tiba perasaan ini tak enak karenanya. 

***

Aku Ranti, mahasiswi teknik di salah satu perguruan tinggi. Baru pertama kalinya bergabung dengan teman-teman organisasi yang mayoritas lelaki atas ajakan Mas Bayu.

"Ayo, Ran, ikut gabung ke Hima. Kehadiran cewek di sana itu langka, lho. Bukan bermaksud jelek sih, tapi kalau ada anggota cewek itu, suasana jadi lebih hidup. Bagaimanapun juga, pertimbangan seorang perempuan berbeda dengan lelaki. Jadi, kami butuh penyeimbang dalam setiap kegiatan. Aman kok, gak ada yang usil. Aku yang jamin," bujuk Mas Bayu.

"Iya Mas, insyaallah aku main ke sana. Mas Bayu ada di sekretariat, 'kan?" tanyaku. Mas Bayu hanya mengacungkan jempol sambil berlalu.

Usai semua mata kuliah hari itu, aku melangkah menuju ruang sekretariat Hima. Benar apa yang dikatakan Mas Bayu, ternyata masih banyak mahasiswa di sana meski kuliah sudah usai. 

"Hai Ran, masuk yuk! Reek, kenal no iki adikku, jenenge Ranti. Ojok mbok garai lho yo!" Mas Bayu memperkenalkan.

"Nemu di mana Mas adiknya? Kenapa bisa beda gitu, ya? Adiknya cantik, kenapa kakaknya jembret?" celoteh Lucki yang disambut tawa serentak.

"Aku Hami, aku baru semester lima. Aku sanggup jadi pengawal Tuan Putri. Ke mana saja Tuan Putri pergi, aku siap mendampingi." Tiba-tiba Hami menyela sambil mengulurkan tangan.

"Kamu itu Ham, aku aja yang kakaknya nggak berani ngomong begitu, kok, kamu sudah mendahului," timpal Mas Bayu dengan dialek Madura.

Lagi-lagi semua tertawa riuh. Suasana yang  menyenangkan bagiku, jika tiap hari selalu ada canda dan tawa. Ternyata berbeda jauh dengan bayanganku selama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun