Mengisi waktu luang saat pandemi bisa dilakukan dengan banyak cara. Salah satunya mengikuti kelas bersama melalui group aplikasi hijau.Pembahasan dalam group Kelas Bersama for Teens kali ini tentang Bullying dan Kesehatan Mental Remaja, bersama dua narasumber Sita Alfiah M.Psi. dan Weny Hikmah Syahputri, M.Psi. Keduanya psikolog alumni Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Sebagai pemateri pertama adalah Siti Alfiah M.Psi., Psikolog, memberikan uraian sebagai berikut :
Berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir dari tahun 2011 hingga 2019, terdapat 37.381 pengaduan kasus kekerasan terhadap anak. Untuk Bullying di media sosial atau pendidikan mencapai 2.473 laporan dan trennya cenderung meningkat dengan berbagai variasi kasus yang terjadi. Hal yang perlu jadi perhatian, bahwa tindakan ini tidak dibenarkan.
Apakah bullying itu?
Ada beberapa kaitan dengan perilaku bullying:
•Perilaku agresi
•Sengaja ingin mendominasi, menyakiti, atau pun melukai
•Ketidakseimbangan kekuatan/kekuasaan
•Perlakuan berulang oleh satu atau beberapa anak
Peristiwa bullying melibatkan beberapa pihak, yaitu:
•Pelaku  :
Seorang yang aktif sebagai inisiator, pemimpin, dan terlibat langsung dalam bullying.
Ada juga orang lain yang terlibat namun bergantung pada perintah
•Korban
•Bystander atau saksi
- Â Â Â Reinforcer : Seseorang yang saat kejadian ikut menyaksikan juga ikut menertawakan dan memprovokasi
-Outsider : Seseorang pada saat kejadian tidak melakukan apa pun, seolah tak peduli
-Defender: Seseorang yang membantu korban
Bullying bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Bahkan, lewat media pun bisa terjadi yang sering kita dengar dengan cyberbullying. Oleh sebab itu kita perlu mengenali sehingga bisa lebih peduli dalam mencegah perilaku ini.
Hal penting yang membuat praktik bullying semakin parah karena kita tidak memahami bentuk-bentuk bullying, sehingga kita tidak mengambil tindakan terhadap perilaku tersebut.
Dari paparan di atas, bahwa bullying memberikan pengaruh negatif. Pembiaran perilaku bullying akan memberikan dampak yang semakin parah terutama bagi kesehatan mental. Orang dengan masalah kesehatan mental rawan dibully dan orang yang dibully mengalami resiko kesehatan mental.
Beralih pada pemateri ke dua yaitu Weny Hikmah Syahputri, M.Psi., Psikolog. Memberikan gambaran sebagai berikut :
Ada beberapa pertanyaan yang sering diajukan, ‘kenapa sih cemen banget, diejek dikit aja tersinggung, becanda dikit aja baper?’
Baru-baru ini pun  ditangani kasus bullying anak SMA, di mana salah seorang siswa menunjukkan reaksi gemetar, berkeringat saat bertemu temannya. Sementara temannya merasa tidak bersalah.
Setelah didalami, ternyata siswa yang ketakutan tersebut memiliki trauma dari masa kecil, dan trauma sejak SD pernah dikucilkan dan diejek cara berjalan serta bicaranya.