Mohon tunggu...
Any Sukamto
Any Sukamto Mohon Tunggu... Penulis - Belajar dan belajar

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Pulang

1 Maret 2020   22:28 Diperbarui: 22 April 2020   16:00 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kalau bukan karena bayi yang ada dalam rahimmu, tak sudi aku pulang ke sini!" teriak Bondan sambil menunjuk ke arah perut Rani.

"Bang, istigfar! Apa maksudmu dengan ucapan itu? Ini anakmu, darah dagingmu. Tega kau katakan itu padaku!" Rani menjerit mendengar kalimat yang dilontarkan Bondan.

"Sudahlah, aku pusing! Aku mau tidur. Jangan ganggu aku!" Bondan tak mau kalah bersuara lebih tinggi . Sambil berjalan sempoyongan dia masuk kamar, dengan mulut tercium bau alkohol. Rani hanya berdiri terdiam dan meratapi nasib bersuamikan Bondan.

Bondan yang dulu dikenal Rani baik dan penuh kasih sayang, kini sudah sangat jauh berubah. Perhatian Bondan yang berlebihan kepada Rani membuat Erwan --Kakak Rani-- mengizinkan Bondan menikahi Rani. Namun, kini keadaan berubah setelah Bondan mempunyai komunitas baru. Sering keluar malam dengan alasan ada urusan yang harus diselesaikan, dan pulang selalu dalam keadaan mabuk.

Tujuh tahun berpacaran ternyata belum cukup waktu untuk bisa saling memahami. Rani dan Bondan menikah atas dasar pilihan mereka sendiri. Bondan yang sering berkunjung ke rumah Rani adalah teman Erwan. Seharusnya bisa menjadi pertimbangan untuk berpikir jauh sebelum memutuskan untuk menikah.

"Ran, perutmu makin hari makin buncit. Pikir lagi kalo mau bertindak," Monik menasihati.

"Aku sudah nggak sanggup, tiap hari dia pulang malam dalam keadaan mabuk, marah, kadang juga merusak barang yang ada di dekatnya. Apalagi yang harus aku lakukan, selain pergi darinya?" Bulir bening mengalir di pipi Rani yang tirus.

"Kamu ingat dulu, sebelum menikah apa pertimbanganmu memilih Bondan. Kamu sudah minta nasehat Kak Erwan, kan? Kenapa sekarang kamu tidak minta nasihatnya lagi?"

"Kak Erwan nggak mau ikut campur urusan rumah tanggaku.  Dia bilang aku bisa menyelesaikan sendiri urusanku. Lagi pula, Bondan yang sekarang sudah berubah. Bukan lagi seperti yang aku kenal dulu, entah apa sebabnya," keluh Rani.

"Kamu harus kuat, Ran. Demi bayi yang ada dalam kandunganmu. Apa pun kondisimu, kau harus tetap tegar dan ceria. Agar emosimu tidak berpengaruh terhadap bayimu." Monik tetap membujuk Rani.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun