Mohon tunggu...
Anwar Saragih
Anwar Saragih Mohon Tunggu... Dosen - Dosen ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Peminum Kopi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pilkada Simalungun 2020: Keseimbangan Emosi dan Rasio Kandidat

7 Juni 2019   19:15 Diperbarui: 7 Juni 2019   19:54 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anwar Saragih, Dosen Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Pilkada langsung di Kabupaten Simalungun telah menjadi keran pembuka masyarakat menentukan pilihannya. Meretas kedigdayaan partai politik yang sebelumnya menyajikan kandidat yang ditarungkan lewat DPRD tanpa mempertimbangkan komposisi demografi masyarakat Simalungun.

Emosi struktural pemilih berbasis suku, agama dan RAS di Simalungun memang menjadi indikator utamanya. Meski tidak terfragmentasi utuh karena terjadi split (pembelahan) ditubuh pemilih dengan isu utama, apakah kandidat yang running di Pilkada berasal dari suku Simalungun atau bukan.

Artinya diluar faktor agama, marga kandidat seperti; Saragih, Purba, Sinaga dan Damanik, yang merupakan marga asli orang Simalungun akan menjadi variabel utama pemilih dalam menentukan pilihannya di kotak suara. Setidaknya hal ini bisa diukur secara empirik. Setelah sebelumnya, ketika masih diusung lewat DPRD, selama 30 tahun pula, bupati terpilih Kabupaten Simalungun bukan bersuku Simalungun seperti; Drs. S Sagala (1975-1978), SP Silalahi (1978-1980), JP Silitonga (1980-1990), dan John Hugo Silalahi (2000-2005).

Sebaliknya, setelah Pilkada Langsung dilakukan, sejak tahun 2005, bupati terpilih adalah calon bersuku Simalungun, yaitu Zulkarnain Damanik (2005-2010) dan JR Saragih (2010-2020). Nama pertama beragama Islam, sementara nama berikutnya beragama Kristen Protestan. Memutus mitos panjang identifikasi Simalungun yang terkonstruksikan sebagai Politik Kristen dan Batak Toba.

Selanjutnya, dalam upaya mengkapitalisasi isu yang berkembang, aktual dan potensial sebagai sumber daya kandidat dalam proposal kampanye yang dibawakannya. Pun  meminimalisir isu agama. Penyajian pasangan "pelangi" oleh partai politik : Kristen-Islam atau Islam-Kristen dalam komposisi calon Bupati/Wakil Bupati menjadi sebuah syarat tak tertulis yang  telah terpaku mati pasca Pilkada Langsung dilaksanakan .

Alasannya, meski faktor emosional sangat kuat dalam prefensi pilihan masyarakat Simalungun. Ia harus didukung pula oleh faktor rasio berupa modal simbolik kandidat dalam memapankan relasi kuasa dalam struktur dan ekonomi masyarakat. Faktor rasional ini berkaitan dengan pengalaman, track record, pangkat, kedudukan dan prestasi kandidat yang akan bertarung di Pilkada Simalungun 2020. Sebab, psikologi pemilih masyarakat Simalungun tidak bisa dilepaskan dari integritas calon, ketegasaan, ketaatan pada norma adat, dan merakyat.

***

Zulkarnain Damanik menang melawan petahanan John Hugo Silalahi di Pilkada Simalungun 2005 karena Ia mampu mengkapitalisasi dirinya yang bersuku Simalungun. Suara masyarakat bersuku Simalungun mampu dikonsolodasikan hingga terfragmentasi mendukung Zulkarnain Damanik.

Waktu itu, lewat lagu berjudul : "Sipukkah Huta" yang bercerita tentang semangat masyarakat Simalungun untuk ingat membangun dan menjadi pemimpin di kampung halamannya sangat viral dan menjadi acuan bahwa orang Simalungun memiliki martabat dalam kepemimpinan. Pun lagu ini berhasil menangkap perasaan (emosi) masyarakat pemilih Simalungun bahkan hingga hari ini.

Faktor emosional itu mampu pula terkombinasi dengan jejak Zulkarnain Damanik yang dianggap berintegritas dan memiliki rekam jejak mumpuni sehingga pantas pemimpin Simalungun. Artinya, waktu itu, Zulkarnain Damanik datang sebagai pemimpin populis yang diinginkan masyrakat yang besuku Simalungun. Secara sederhana, populisme dapat diartikan gerakan rakyat menggugat kepemimpinan elit di Kabupaten Simalungun.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun