Mohon tunggu...
anul kentung
anul kentung Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Perkembangan Industri Rekaman di Kota Malang dari Tahun 1970-2010

11 Juni 2018   17:04 Diperbarui: 11 Juni 2018   17:31 1142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari musik yang berkembang di masyarakat, memberikan eksistensi bagi industri rekaman untuk menaungi band-band dalam mengeluarkan albumnya melalui rilisan fisik. Industri rekaman di kota Malang bisa dikatakan tidak seproduktif kota-kota lain seperti Jakarta dan Bandung. Media rekam yang digunakan para Label di Malang adalah Cassette dan ada sebagian yang masih menggunakan piringan hitam.

Perkembangan Industri Rekaman Era 1980-1990

Pada perkembangan selanjutnya, tepatnya pada dekade 1980-an, Genre musik rock masih populer bagi masyarakat kota malang dan di tahun ini merupakan puncak dari kejayaan musik rock di kota malang. Dikarenakan yang pada awalnya band-band di Malang dinanungi atau disponsori oleh perusahaan rokok sebagai strategi promosi, namun di tahun ini perusahan yang menaungi merubah strategi promosi, sehingga tidak banyak band yang merilis albumnya.

Menurut Wahyu dalam wawancara Yovi Ardivitiyanto, pertengahan tahun 1980-an dapat dikatakan sebagai era bersemainya musik rock di Kota Malang dalam panggung pertunjukan. Festival-festival musik rock bergengsi sering diselenggarakan di Kota Malang.

Dari beberapa festival yang bergengsi ini mucullah rockstarrockstar baru, tak terkecuali musisi rock yang berasal dari Malang seperti Elpamas (1984, 1985, dan 1986), Heart Breaker (1984, 1985), dan Genk Voice (1986). Di luar beberapa ajang festival musik rock yang diselenggarakan, muncul juga group band rock yang diperhitungkan namanya di kancah panggung pertunjukan lokal maupun nasional. Group band tersebut di antaranya adalah Q-Red, Bad Sessions, Darkness, dan Destop

Salah satu label yang muncul di era ini yaitu Confuse Records yang berdiri tahun 1996. Dipertengahan 90'an awal dari kebangkitan scene underground band lokal kota Malang. Semua genre tumbuh pesat diera tersebut, mulai dari punk, hardcore, thrash, black metal, death metal, grindcore.

Confuse Records lahir sebagai penampung karya lokal dengan dana swadaya antar band dan labe, awal tahun 2000 dimana dimana era digital menyerang dan menggeser analog dan Confuse Record memilih untuk vacum, dan pada tahun 2016 kembali bangkit dengan karya-karya barunya. Booklet Cassette Storeday ( 5 :2016)

Cara pendistribusian para pelaku record label di era 90-an yaitu dengan cara sistem trade antar label, berjualan di event musik, promosi melalui surat menyurat dengan media perangko. Sedangkan untuk media rekam Cassette merupakan media yang populer menggantikan piringan hitam.

Perkembangan Industri Rekaman Era 2000-2010

Memasuki era millenium, terjadi penyusutan di industri rekaman, sebagian memilih gulung tikar karena kurangnya minat masyarakat yang lebih memilih format digital karena dinilai lebih praktis.Tahun 2004-2008 merupakan masa kelam bagi industri rekaman di kota Malang, demikian juga dengan gigs yang pada tahun-tahun sebelumnya merupakan ajang yang selalu menarik minat masyarakat malah menyusut pada tahun tersebut.

Tahun 2008 menjadi awal bangkitnya kembali para penggelut dunia Record untuk tetap menjaga eksistensi karya musisi dalam bentuk fisik, meskipun minat masyarakat menikmati rilisan tidak sebanyak dulu. Muncul Label baru seperti Tarung Records, Anti Label Records, Pedasedap Records dan beberapa label lainnya yang memberikan angin segar bagi industri rekaman di kota Malang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun