Mohon tunggu...
Jefri_123
Jefri_123 Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Film Sebagai Media Belajar Tentang Politik

18 September 2015   09:30 Diperbarui: 13 Oktober 2015   20:55 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber: http://www.google.co.id/imgres?imgurl=https://hidupberbuah.files.wordpress.com/2014/09/binq0kaciaanrrv.jpg&imgrefurl=https://hidupberbuah.wordpress.com/tag/politik/&h=360&w=480&tbnid=x0bK9okZ2rtfEM:&docid=xgekQoLVZhqHiM&ei=6Hv7VfzPL4Ki0gSVvJLgDA&tbm=isch"][/caption]

Film di Indonesia cukup berkembang pesat dimana tayangan-tayangan yang ada banyak yang menghibur dan memberikan motivasi untuk kehidupan yang berlangsung, tidak sedikit juga tayangan-tayangannya memberikan dampak yang kurang mendidik seperti tayangan yang melibatkan kekerasan sehingga mudah di tiru oleh anak di bawah umur. Oleh sebab itu film yang ada di Indonesia harus ada yang mengawasi atau membatasi.

Perpolitakan di Indonesia juga mendapat sorotan dari berbagai pihak baik yang mengerti politik ataupun tidak. Banyak sekali kalangan yang kurang memahami sistem politik terutama yang ada di Indonesia. Politik di Indonesia banyak terlibat dalam hal apa pun seperti pada progam perfilman di Indonesia. Alangkah baiknya bila perfilman di Indonesia memberikan tayangan mengenai politik, yang bertujuan untuk mengenal dan memberikan pemahaman kepada masyarakat yang tidak mengerti dan belum jelas terhadap politik.

Mengapa demikian? Film merupakan hal yang mudah di terima oleh semua kalangan, dan politik jarang di jelaskan secara umum. Oleh sebab itu film menjadi jalan untuk memperkenalkan tentang politik.

Film merupakan sesuatu yang sudah dikenal oleh seluruh orang di seluruh belahan dunia.Hampir setiap Negara sudah dapat memproduksi film nasional atau film dokumenter yang berkaitan dengan sejarah atau peristiwa penting bagi sejarah bangsa itu sendiri.

Pada masa ini, film merupakan salah satu hiburan yang dapat di akses dengan mudah.Masyarakat sudah tidak asing lagi menonton film, baik di televisi, bioskop, maupun melalui media-media tradisional seperti layar tancap. Masyarakat bisa menonton lebih dari satu judul film setiap harinya,karena kecanggihan teknologi yang semakin maju.

Khalayak perlu suatu media yang untuk mengenalkan tentang pentingnya politik, karena pada dasarnya politik memiliki struktur – struktur yang saling berhubungan ,sehingga merupakan kesatuan yang berfungsi sebagai pedoman dalam kehidupan dan takperlu dilupakan.

Ada sebagian orang yang menganggap bahwa pendidikan politik itu tidak penting karena itu hanya milik kaum politisi atau birokrat. karena mungkin saja mereka dipengaruhi oleh media dengan menggunakan teori kultivasi kita juga bisa mempengaruhi atau lebih tepatnya mendidik masyarkat dengan media film. Dalam teori kultivasi efek media massa lebih bersifat kumulatif dan lebih berdampak pada tataran sosial budaya dari pada individual. Teori Kultivasi ini juga memberikan gambaran bahwa efek media massa tidak secara langsung menerpa khalayak. definisi: Menurut teori kultivasi ini, media massa menjadi alat utama dimana para penonton belajar tentang masyarakat dan kultur dilingkungannya. (sumber: http://muktikomunikasi.blogspot.co.id/2014/03/teori-kultivasi.html) Sebenarnya setiap orang terlibat dalam hal politik tetapi memliki porsi yang berbeda-beda.Politisi dan birokrat setiap detiknya menggeluti politik sedangkan masyarakat biasa mungkin hanya terlibat saat pemilu atau pilkada. Bila ada peristiwa yang sudah menyankut orang lain baik kesejahteraannya, barulah orang-orang yang bukan politisi atau hanya aktivis partai politik akan turun langsung ke dalam politik. Selebihnya mayoritas masyarakat tidak peduli dengan politik bahkan pendidikan politik pun tidak di hiraukan.

Dengan diselenggarakannya 450 lebih pilkada dalam kurun waktu 5 tahun, menurut Arifin (2011) dalam bukunya Sistem perfilman Indonesia sesungguhnya pilkada merupakan sumber ide yang tidak pernah kering. Dalam 1 hari di wilayah Indonesia rata-rata ada 1,34 pilkada atau pemilu. Jika di lihat dari hal yang baik dan menghibur, realita masyarakat ini tidak akan di dapat dari film horror dan komedi seksual. Memang harus kreatif dalam mebuat film tersebut agar lebih menarik penonton, karena rata-rata penonton di Indonesia malas untuk berpikir ketika menonton film, oleh karena itu untuk menyiasati agar penonton “tinggal terima” pesan yang di sampaikan.

Dengan belajar politik memlalui media film ini tentunya akan memudahkan kita untuk lebih mengenal politik, peraturan peraturan dan sebainya. Pengangkatan film mungkin di mulai dengan membahas tentang golput dan politisi busuk, yang menjelaskan tentang mengapa kita harus memilih? Apa yang terjadi jika banyak orang berlomba-lomba untuk tidak memilih? Itu semua dapat dihadirkan dalam banyak variasi dimana kebudayaan kita sangat bervariasi dan kental di tiap daerah.Tujuan dari pembuatan film tersebut tentu untuk menjadi patokan bagaimana politik kita yang sebenarnya dengan di kemas lebih menarik dan mendidik.

            Ada beberapa keuntungan yang bias diperoleh, pertama, skala ekonomi yang besar, dimana penyajian dalam bentuk komedi menjangkau banyak kelompok umur dan status social dan masih jarang juga film yang mengakat tema tentang pendidikan politik. Kedua, tentu dalam meraup keuntungan harus kembali ingat bahwa masih memiliki tanggung jawab moral karena semua keuntungannya di ambil dari kita orang Indonesia.Ketiga, adalah membuat track record kita sebagai pembuat film yang peduli dengan lingkungan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun