Mohon tunggu...
Anugrah Rahmatulloh
Anugrah Rahmatulloh Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Researcher

Ketika kita membaca, kita membuka jalan. Ketika kita menulis, kita berbagi cerita. Dan ketika kita berbicara, kita merawat ingatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ramadhan dan Fenomena Branding Produk yang Semakin Menjamur

28 April 2019   15:35 Diperbarui: 28 April 2019   21:55 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Produk-produk yang muncul ketika Ramadhan selalu menampilkan ciri tersendiri (Sumber: bingkisanparcel.com) 

Tidak terasa hanya tinggal menghitung minggu, umat Islam akan segera kedatangan bulan yang sangat di tunggu-tunggu setiap tahunnya. Hanya tinggal menghitung hari, bulan penuh berkah akan segera tiba menyapa seluruh muslimin-muslimat yang ada di manapun. 

Ya, sekitar tanggal 5 atau 6 Mei mendatang bulan Ramadhan akan segera tiba dan barang tentu seluruh umat islam wajib melaksanakan puasa.

Ketika bulan Ramadhan tiba, selalu banyak cerita dan kegiatan yang khas dilaksanakan pada bulan ini. Sudah jelas ketika Ramadhan tiba, seluruh umat islam melaksanakan puasa, juga melaksanakan amalan-amalan yang dianjurkan seperti shalat tarawih, tadarus Al-Qur'an juga melaksanakan amalan lainnya.

Selain itu juga banyak kegiatan di luar beribadah yang sering dilakukan masyarakat sembari menunggu waktu berbuka puasa atau sekedar mengisi kegiatan ketika berpuasa, salah satunya ialah "ngabuburit". Kegiatan-kegiatan tersebut sendiri biasanya juga berlangsung disesuaikan dengan corak budaya masyarakat. Sehingga bisa jadi masing-masing kelompok masyarakat memiliki kegiatan atau tradisi tersendiri yang biasa dilakukan ketika bulan Ramadhan tiba.

Selain beragam kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, bulan Ramadhan juga identik dengan menjamurnya produk-produk yang mengangkat Ramadhan sebagai tema yang banyak digunakan oleh berbagai perusahaan. Bagaimana hari ini kita sudah melihat berbagai iklan produk yang sudah menggunakan bulan Ramadhan sebagai tema dari promosi yang mereka lakukan. 

Bermacam-macam produk yang mengangkat tema Ramadhan juga sudah mulai dipasarkan, bahkan jauh-jauh hari sebelum Ramadhan tiba. Bagaimana kemudian momen Ramadhan dimanfaatkan secara tepat oleh beragam perusahaan untuk memasarkan produknya

Dari mulai produk makanan dan minuman yang berlomba-lomba mengklaim dirinya sebagai makanan dan minuman yang tepat dikonsumsi ketika waktu berbuka tiba (padahal yang tepat dimakan ketika waktu berbuka puasa adalah kurma sebagai sunnah Rasul, serta gorengan bagi mayoritas masyarakat Indonesia, meskipun secara kesehatan tidak tepat), hingga produk pakaian mulai menjamur. 

Bahkan yang lebih luas lagi, dewasa ini bukan hanya kedua jenis produk diatas saja yang sering menggunakan momen Ramadhan sebagai tema promosi dari perusahaan tersebut.

Dari mulai produk kesehatan, produk kecantikan, bahkan hingga produk-produk perawatan tubuh seperti shampo dan sabun juga tidak mau ketinggalan memasarkan produknya dengan embel-embel Ramadhan sebagai sarana promosi. Kemudian, kebiasaan ini seakan-akan sudah membudaya dan menjadi sesuatu yang biasa dirasakan masyarakat. Bahkan dengan menjamurnya iklan-iklan tersebut seakan-akan menjadi penanda bahwa Ramadhan akan segera tiba.

Muncul kemudian pertanyaan, mengapa kemudian hal tersebut terjadi? Lebih jauh lagi, apa penyebab sehingga menjelang Ramadhan tiba, berbagai perusahaan mengeluarkan produk serta iklan spesial Ramadhan? Serta gejala apa yang terjadi kemudian?

Seperti yang sempat disinggung di atas, bagaimana Ramadhan menjadi sesuatu yang sakral dan dinantikan oleh masyarakat, terutama di Indonesia sendiri yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam. 

Dengan kesakralan serta selalu muncul euforia yang besar dari masyarakat ketika menyambut Ramadhan, tentu kemudian momen ini menjadi sesuatu yang spesial serta memberikan dampak yang besar bagi berbagai sisi kehidupan. 

Nampaknya hal ini pula yang (sepertinya) disadari dan coba dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang barang dan jasa untuk mengambil keuntungan sekaligus juga menyambut datangnya bulan Ramadhan.

Bagaimana kemudian secara spontan, berbagai perusahaan berusaha memberikan branding terhadap produknya disesuaikan dengan bulan Ramadhan agar menarik perhatian masyarakat. Sehingga kemudian produk tersebut banyak dibeli dan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan tersebut. 

Mungkin secara umum, hal tersebut merupakan kejadian yang biasa. Tetapi jika dilihat lebih jauh, muncul sebuah perilaku kolektif yang dilakukan oleh seluruh perusahaan dalam usaha branding produk mereka ketika bulan Ramadhan akan segera tiba.

Perilaku kolektif ini kemudian menjadi dasar bagaimana banyak perusahaan berbondong-bondong melakukan branding terhadap produk mereka sendiri. 

Jika merujuk pada pernyataan Barbara Krahe dalam The Social Psychology of Aggression, perilaku kolektif sendiri diartikan sebagai aksi atau kegiatan yang dilakukan secara serentak dengan cara yang hampir sama (bahkan lebih jauh lagi kegiatan yang dilakukan sama persis) oleh sejumlah orang atau kelompok dalam jumlah banyak yang terjadi pada saat situasi tertentu (Krahe: 2005).

Tentu melihat bagaimana berbagai produk bercorak Ramadhan yang dipasarkan oleh banyak perusahaan dilakukan secara serentak dan berada pada situasi menjelang Ramadhan tiba. Seperti yang dinyatakan Krahe, adanya momen bulan Ramadhan menjadi situasi yang kemudian mendorong berbagai perusahaan untuk sama-sama melakukan branding terhadap produk mereka agar menarik minat masyarakat.

Perilaku kolektif yang dilakukan perusahaan juga tidak terlepas dari faktor yang memicu mengapa kemudian perilaku tersebut muncul. Smelser (dalam Krahe: 2005) menyatakan bahwa salah satu faktor pemicu terjadinya perilaku kolektif ialah adanya struktur sosial dan budaya yang dapat mempermudah terjadinya perilaku kolektif. 

Seperti yang dinyatakan di awal bahwa dengan mayoritas masyarakat Indonesia yang beragama islam kemudian memunculkan suatu corak budaya yang mengangkat Ramadhan sebagai salah satu momen yang sangat dinantikan. 

Kondisi ini kemudian juga mempermudah perusahaan untuk melakukan promosi dan branding terhadap produknya karena mereka percaya bahwa produk mereka akan diterima oleh masyarakat karena memiliki kesan produk yang harus digunakan ketika Ramadhan tiba.

Muncul kemudian pertanyaan kembali. Apa pengaruhnya bagi masyarakat dengan banyaknya branding tersebut? Secara langsung, dengan banyaknya produk yang membranding diri sebagai produk spesial Ramadhan, akan mendorong masyarakat untuk beramai-ramai membeli produk tersebut, dari proses branding yang dilakukan kemudian muncul keinginan dari masyarakat untuk mencoba dan merasakan produk tersebut, karena dengan branding yang berhasil, produk yang dipasarkan seakan-akan memiliki keunikan tersendiri dibandingkan jika membeli produk yang sama di luar bulan Ramadhan.

Lebih jauh lagi, kemudian muncul suatu budaya yang berkembang di masyarakat dan menjadi penanda bahwa Ramadhan akan segera tiba. Suasana Ramadhan pun kemudian semakin terasa dengan bermunculannya iklan-iklan produk yang membawa nuansa ramadhan dalam penayangannya.

Hingga akhirnya, proses branding melalui iklan ini kemudian menjadi budaya yang akan terus ada setiap Ramadhan tiba. Bagaimana masyarakat akan mulai merasakan suasana ramadhan seiring mulai bermunculannya iklan-iklan produk spesial Ramadhan. Tidak peduli produk apa yang coba dipasarkan, proses branding tersebut kemudian berangsur-angsur menjadi sebuah budaya yang harus ada di masyarakat.

Mungkin kemudian masyarakat akan merasa heran dan serasa ada yang kurang ketika mendekati bulan Ramadhan, iklan-iklan produk bertema Ramadhan belum muncul. Sehingga proses dan perilaku kolektif ini menjadi ciri khas yang selalu terjadi ketika memasuki bulan Ramadhan, Terlepas apakah kemudian efek dari kondisi ini dapat merusak kesehatan dompet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun