Mohon tunggu...
Anugrah Rahmatulloh
Anugrah Rahmatulloh Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Researcher

Ketika kita membaca, kita membuka jalan. Ketika kita menulis, kita berbagi cerita. Dan ketika kita berbicara, kita merawat ingatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ramadhan dan Fenomena Branding Produk yang Semakin Menjamur

28 April 2019   15:35 Diperbarui: 28 April 2019   21:55 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Produk-produk yang muncul ketika Ramadhan selalu menampilkan ciri tersendiri (Sumber: bingkisanparcel.com) 

Seperti yang sempat disinggung di atas, bagaimana Ramadhan menjadi sesuatu yang sakral dan dinantikan oleh masyarakat, terutama di Indonesia sendiri yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam. 

Dengan kesakralan serta selalu muncul euforia yang besar dari masyarakat ketika menyambut Ramadhan, tentu kemudian momen ini menjadi sesuatu yang spesial serta memberikan dampak yang besar bagi berbagai sisi kehidupan. 

Nampaknya hal ini pula yang (sepertinya) disadari dan coba dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang barang dan jasa untuk mengambil keuntungan sekaligus juga menyambut datangnya bulan Ramadhan.

Bagaimana kemudian secara spontan, berbagai perusahaan berusaha memberikan branding terhadap produknya disesuaikan dengan bulan Ramadhan agar menarik perhatian masyarakat. Sehingga kemudian produk tersebut banyak dibeli dan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan tersebut. 

Mungkin secara umum, hal tersebut merupakan kejadian yang biasa. Tetapi jika dilihat lebih jauh, muncul sebuah perilaku kolektif yang dilakukan oleh seluruh perusahaan dalam usaha branding produk mereka ketika bulan Ramadhan akan segera tiba.

Perilaku kolektif ini kemudian menjadi dasar bagaimana banyak perusahaan berbondong-bondong melakukan branding terhadap produk mereka sendiri. 

Jika merujuk pada pernyataan Barbara Krahe dalam The Social Psychology of Aggression, perilaku kolektif sendiri diartikan sebagai aksi atau kegiatan yang dilakukan secara serentak dengan cara yang hampir sama (bahkan lebih jauh lagi kegiatan yang dilakukan sama persis) oleh sejumlah orang atau kelompok dalam jumlah banyak yang terjadi pada saat situasi tertentu (Krahe: 2005).

Tentu melihat bagaimana berbagai produk bercorak Ramadhan yang dipasarkan oleh banyak perusahaan dilakukan secara serentak dan berada pada situasi menjelang Ramadhan tiba. Seperti yang dinyatakan Krahe, adanya momen bulan Ramadhan menjadi situasi yang kemudian mendorong berbagai perusahaan untuk sama-sama melakukan branding terhadap produk mereka agar menarik minat masyarakat.

Perilaku kolektif yang dilakukan perusahaan juga tidak terlepas dari faktor yang memicu mengapa kemudian perilaku tersebut muncul. Smelser (dalam Krahe: 2005) menyatakan bahwa salah satu faktor pemicu terjadinya perilaku kolektif ialah adanya struktur sosial dan budaya yang dapat mempermudah terjadinya perilaku kolektif. 

Seperti yang dinyatakan di awal bahwa dengan mayoritas masyarakat Indonesia yang beragama islam kemudian memunculkan suatu corak budaya yang mengangkat Ramadhan sebagai salah satu momen yang sangat dinantikan. 

Kondisi ini kemudian juga mempermudah perusahaan untuk melakukan promosi dan branding terhadap produknya karena mereka percaya bahwa produk mereka akan diterima oleh masyarakat karena memiliki kesan produk yang harus digunakan ketika Ramadhan tiba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun