Lagi-lagi si oknum customer service ini mengelak dengan mengatakan hal yang sebelumnya dia katakan yang sejujurnya saya tidak mengerti. Kali ini sayup saya dengar di sampingnya ada orang lain yang mengarahkan kalimat apa yang harus dikatakan jika calon korban curiga. Saya semakin yakin kalau saya akan ditipu.Â
"Wah, kalau begitu saya nggak jadi dulu, Mas aktivasi tokonya," kata saya akhirnya sembari memutuskan hubungan.
Karena tak ingin berburuk sangka, saya kemudian menghubungi kembali pihak aplikasi reseller ini lewat akun twitternya. Saya mengirimkan DM yang menyebutkan kalau ada oknum yang berusaha menipu pengguna aplikasi tersebut dengan berpura-pura menjadi customer service aplikasi tersebut.Â
Pesan saya tersebut ditanggapi dengan pernyataan kalau aplikasi tersebut tidak pernah meminta data pribadi kepada penggunanya dan tidak ada persyaratan paylater untuk mendaftar sebagai reseller. Benarlah rupanya dugaan saya. Untungnya saya tidak gegabah mengikuti semua arahan oknum customer service yang bisa berakibat saya malah berutang dalam jumlah cukup besar.Â
Demikian sedikit pengalaman terkait penipuan Siber berkedok paylater yang saya alami. Semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian.Â