Mohon tunggu...
Anton Suparyanta
Anton Suparyanta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis+Editor Buku; -kiperbukulejen Detik Detik UN- xixixixiixixixiiiiiiii.....

Selalu belajar. Ikuti proses. Panen sukses. =========== yuuukkkkk, direviuuu buku saya ini! cocok utk konten en proyek merdeka belajar. BUKA Buku Baca Buku Cuan Resensi (Diandra, 2022) JENAMA dan Jemawa, selilit esai dan kritik sastra (Beranda Intrans Publishing, 2023)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Buku-Ajar-Jawa KuMer, Gincu Literasi Abad XXI?

6 Mei 2023   17:43 Diperbarui: 6 Mei 2023   17:47 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mungkinkah buku ajar bahasa daerah dibuat interaktif? (dok.pri.)

Di mata gerakan literasi abad XXI, buku teks ajar (berbahasa daerah) Jawa mendadak rabun. Tamsil klasiknya, hidup segan, mati pun tak mau.

Dari kontinuitas tahunan bangsa kita maniak bermain peringkat, suka euforia. Kecakapan literasi divermak dalam ajang lomba atau sayembara, tetapi ringkih dalam pemaknaan tilik diri berbudaya. Kelemahan tilik diri justru melahirkan fantasi-fantasi melek-baca yang sesungguhnya. Terapan atau praksisnya kini di ambang nyinyir. Ironis. Mari kita tilik bersama.

Paruh pertama 2023 ini diumumkan penetapan ratusan (bahkan ribuan) buku terpilih hasil sayembara penulisan literasi baca tulis (buku teks pendamping dan buku nonteks) berbahasa Indonesia. Hebringnya, sayembara ini rutin didalangi Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kemdikbud RI. Prestasi, prestise, ataukah fantasi belaka? Lalu, bagaimana sayembara penulisan buku yang berkedok kedaerahan, Jawa misalnya? Bagaimana sikap Diknas DIY, Jateng, dan Jatim? Bagaimana sikap Balai Bahasa DIY, Jateng, dan Jatim?

Kalau kilas balik jauh ke 2019, Gerakan Literasi Nasional menggeliat. Bangkit. Kembali menebar pegiat literasi (sastrawan) ke wilayah 3T di nusantara. Terpilihlah 8 sastrawan untuk 8 wilayah penugasan: Suparlan (Kepulauan Mentawai-Sumatra Barat), Setia Naka Andrian (Polewali Mandar-Sulawesi Barat), Faizal Syahreza (Boalemo-Gorontalo), Eko Triono (Parigi Moutong-Sulawesi Tengah), Aksan Takwin (Seruyan-Kalimantan Tengah), Agit Yogi Subandi (Sampang-Jawa Timur), Mutia Sukma (Lombok Utara-NTB), dan Hary B Koriun (Sabu Raijua-NTT). Tak ketinggalan pula meluncurlah Bimtek Instruktur Literasi Baca-Tulis Tingkat Nasional 2019 dengan penggerak Balai Bahasa provinsi. Lalu, apakah agenda literasi tersebut berlanjut di 2023 ini?

Apakah ini proyek teroka empat kecakapan abad XXI? Ataukah kita justru salah baca literasi?

Jika kita di rel ganda yang benar, bergegaslah menjawab kebutuhan kecakapan abad XXI, terutama ranah pendidikan. Ada empat ranah besar yang harus diolah: kualitas karakter, kompetensi, literasi, dan HOTS (higher order thinking skills). Ranah idealis ini dimediasi melalui kurikulum, pembelajaran, perbukuan, dan penilaian.

Ranah kualitas karakter terkait dengan cara menghadapi dinamika lingkungan yang senantiasa berubah. Kita punya delapan paket karakter: religius (iman dan takwa), cinta tanah air, rasa ingin tahu, inisiatif, gigih, kemampuan beradaptasi, kepemimpinan, dan kesadaran sosial budaya. 

Ranah kompetensi terkait dengan cara mengatasi tantangan yang kompleks. Kita punya empat trik: berpikir kritis atau memecahkan masalah, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. 

Ranah literasi terkait dengan cara menerapkan kompetensi inti untuk aktivitas sehari-hari. Kita punya ladang baca tulis, berhitung, sains, informasi teknologi dan komunikasi, keuangan, serta budaya dan kewargaan. 

Terakhir, ranah HOTS menjadi gengsi adab pikir terkini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun