Mohon tunggu...
Anton Sudibyo
Anton Sudibyo Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis kampung

penyayang keindahan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Membongkar Empat Rahasia Ganjar-Yasin

6 September 2020   11:52 Diperbarui: 6 September 2020   11:57 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganjar Pranowo dan Taj Yasin usai pelantikan 5 September 2018. Foto: Kompas.com 

Jamak terjadi pasangan kepala daerah sudah berkonflik bahkan sejak hari pertama dilantik. Tapi Ganjar Pranowo dan Taj Yasin Maemoen sudah genap dua tahun memimpin jateng tanpa masalah berarti. Tetap rukun dan harmonis.

Kalau kata Gus Yasin, kuncinya pada komunikasi. Sebagai wakil dan lebih junior di pemerintahan, ia tak sungkan belajar dan bertanya pada Ganjar. Pun sebagai gubernur, Ganjar tak pelit ilmu. Ia selalu diskusi dengan wakilnya sebelum memutuskan sesuatu.

Untuk perkara beginian, Ganjar emang jago. Sebelum dengan Gus Yasin, dia sudah pengalaman berharmonis ria dengan Heru Sudjatmoko. Wakilnya di periode pertama dulu. Kala itu meski sebagai gubernur, sesungguhnya Ganjar adalah junior. Baik secara usia maupun durasi mengenyam bangku pemerintahan. Keduanya mampu melewati masa lima tahun dengan gemilang.

Mencermati dua pasangan ini, Ganjar-Heru dan Ganjar-Yasin, saya menemukan empat faktor penting yang menjadi rahasia harmonisnya kepala daerah.

Pertama, niat awal. Apa niat sebenarnya seseorang ingin jadi gubernur, walikota, bupati. Niat awal ini akan berpengaruh besar pada perjalanan selanjutnya dan otomatis mempengaruhi hubungan dengan pasangan. Kalau salah satu saja punya ambisi berkuasa untuk kaya, hubungan dengan pasangan tidak bakal langgeng. Pasti perang.

Apalagi kalau gubernur dan wakilnya bersaing mencari proyek atau gede-gedean setoran. Wassalam. Rakyat gak bakal diurusi dan kemajuan daerah hanya mimpi yang tak bakal terwujudkan.

Kedua, dana kampanye pilkada. Kerap ditemui seseorang nyalon dengan dana dari pengusaha atau cukong. Sangat pasti si cukong akan menagih pengembalian dana ketika calonnya jadi. Kalau gubernur dan wakilnya sama-sama punya cukong, ya akan rebutan proyek, ujung-ujungnya cekcok.

Atau bisa jadi dana kampanye pasangan hanya dari salah satunya saja. Misal dari calon gubernurnya atau calon wakilnya. Yang mengeluarkan dana terbesar akan merasa berhak menguasai proyek karena butuh pengembalian dananya. Gelut lah mereka.

Ketiga, keluarga, teman, atau kolega partai. Lingkaran ini luar biasa besar pengaruhnya. Mereka bisa minta proyek, jual beli jabatan, mengajukan proposal bantuan, atau sekedar memberi info yang tidak benar.

Kalau keluarga wakil dapat proyek, keluarga gubernur pasti cemburu. Teman gubernur dapat jabatan direktur BUMD, teman wakilnya akan minta juga, kolega separtai gubernur dapat bantuan pembangunan masjid, kolega separtai wakil akan mengejar bantuan pondok pesantren. Kalau salah satu merasa tidak kebagian, hembusan hoax akan menyebar hingga jadi fitnah tak berkesudahan.

Keempat, ambisi ke depan. Acap kali gubernur/walikota/bupati dan wakilnya tidak akur karena masing-masing ingin nyalon lagi di pilkada selanjutnya. Akhirnya pasangan ini merasa punya musuh dalam selimut. Apalagi kalau sama-sama satu partai. Masing-masing tak mau pasangannya moncer karena bisa jadi rival berat ke depan. Ini persoalan terberat dan biasanya susah dirukunkan.

Empat faktor di atas adalah lubang-lubang jebakan yang berpotensi mengadu domba pasangan kepala daerah. Untungnya Ganjar, Heru, dan Taj Yasin berhasil melompati.

Sejak awal ketiganya tak punya ambisi pribadi. Sama-sama nyalon karena ditugaskan oleh partai. Sama-sama ingin mengabdi tanpa niat mencari harta.

Untuk kampanye, baik Ganjar Heru dan Ganjar Yasin, dilakukan secara proporsional. Kegiatan pribadi calon menggunakan anggaran calon, kegiatan partai menggunakan anggaran partai yang diusung secara gotong royong oleh kader. Relawan bergerak sendiri. Mencari dana lewat donasi, digunakan untuk membuat kaos dan alat peraga dan disebar sendiri.

Satu hal penting adalah dua pasangan ini sama sekali tidak melakukan politik uang. Baik mahar untuk partai maupun untuk serangan fajar pada pemilih. Dengan begini, keduanya tidak membuang-buang anggaran besar, tidak butuh cukong, dan otomatis tidak butuh pengembalian ketika menjabat.

Keluarga, teman, dan kolega juga tidak merecoki. Silahkan ditelusuri apakah ada keluarga Ganjar atau Gus Yasin yang bermain proyek? Nihil.

Dan soal ambisi, bisa dilihat ketika penjaringan PDIP jelang Pilgub 2018 lalu. Saat itu Ganjar dan Heru mendaftar hampir berbarengan. Ganjar mendaftar sebagai bakal calon gubernur, Heru sebagai bakal calon wakil gubernur. Meski akhirnya partai memutuskan rekomendasi jatuh pada Ganjar dan Yasin, Heru tidak berkecil hati. Heru akhirnya ditugaskan sebagai caleg dan kini menjadi anggota DPR RI.

Sekarang, Ganjar tak bisa nyalon gubernur untuk ketiga kali. Maka jelas tidak masalah kalau Gus Yasin berikhtiar di pilkada depan meningkatkan posisi.

Selamat dua tahun menjabat Mas Ganjar dan Gus Yasin. Maaf rahasia anda saya bongkar... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun