Mohon tunggu...
Anton Ryadie
Anton Ryadie Mohon Tunggu... -

Penggiat media online. Penyuka kopi, budaya dan fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membesarkan Anak, Makna atas Anugerah dan Proses Pembelajaran Diri

12 Agustus 2016   16:52 Diperbarui: 12 Agustus 2016   17:10 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto: Pixabay

Setiap hari, ribuan pasangan di seluruh dunia mengalami kebahagiaan, sekaligus menjalani tantangan saat menjadi ‘orangtua baru’. Beragam keraguan tiba-tiba saja bisa muncul. Bahkan, karena terlalu memikirkan hal tersebut, ada saja yang masih goyah pada keputusan memiliki anak. Perlu waktu bertahun-tahun lamanya untuk benar-benar siap, apalagi jika masih ada hal-hal yang ingin dikejar. Padahal, bila mereka sudah menyiapkan mental, semua rasanya akan baik-baik saja. 

Jika yang memikirkan saja kadang masih dihinggapi rasa khawatir, bagaimana dengan ‘orangtua baru’ yang belum siap menghadapi berbagai tantangan? Tak heran bila kita kerap mendengar rumah tangga anyar yang berakhir dengan perpisahan, walau penyebabnya tak selalu persoalan membesarkan anak.  

Tak ada yang mengatakan bahwa membesarkan anak adalah hal mudah. Semuanya butuh kesabaran dan proses belajar yang terus menerus. Salah satu bagian yang paling penting dari proses membesarkan anak adalah mengajarkan moral dan kedisiplinan. Banyak sekali orang tua merasa sulit untuk memutuskan kapan dan bagaimana mengajarkan anak hal tertentu. Misalnya, orang tua harus menunjukkan bahwa berbohong dan menipu tidak baik, tetapi banyak juga yang tidak dapat menjelaskan hasil negatif dari tindakan ini. 

Juga, banyak keluarga yang berada di lingkungan di mana anak-anak melihat para orang dewasa melakukan banyak hal buruk, yang bukan tidak mungkin kelak akan ditiru sang anak. Oleh karena itu, tugas yang juga terbilang sulit bagi orang tua adalah menciptakan lingkungan rumah yang positif, yang didasarkan pada nilai-nilai kebaikan yang mereka tanamkan. 

Di sisi lain, orangtua harus menemukan cara untuk mendisiplinkan anak-anak mereka tanpa menyebabkan rasa takut. Beberapa anak terkadang memang memiliki tipe yang sulit untuk dikenalkan pada kedisiplinan. Di sinilah orangtua harus berhati-hati, untuk tidak terlalu menjadi superior namun di saat yang sama dapat memperoleh penghormatan penuh dari anak-anak mereka. 

Rasa cinta berlebihan terhadap anak juga sering menuju kearah yang keliru. Seringkali orangtua terjebak jiwa kompetitif dan hanya menganggap bahwa anaknya sajalah yang lucu dan hebat. Akibatnya orangtua sering membandingkan tumbuh kembang anaknya dengan anak lain. Sedikit saja ada perkembangan yang tidak sesuai dengan rancangannya, orangtua langsung cemas. Kebiasaan membandingkan ini tidak selamanya baik, karena harus disadari setiap anak memiliki pola perkembangannya masing-masing.

Dan yang paling sering meruntuhkan rumah tangga para pasangan anyar adalah realitas bahwa mereka akan kehilangan kebebasan dan waktu luang seperti pada saat mereka belum memiliki anak atau belum menikah. Pada awalnya, menerima kenyataan ini memang bukan persoalan mudah. Mungkin, tidak akan ada lagi waktu terbuang untuk bersenang-senang dengan sahabat. Namun, bila mental telah disiapkan sejak awal, seiring dengan berjalannya waktu justru kebersamaan dengan keluarga merupakan sesuatu yang indah.

Memiliki anak dan membesarkan mereka menjadi yang terbaik adalah tujuan dari kebanyakan orangtua. Namun, sekali lagi perlu ditekankan, untuk mencapai tujuan ini memang tidak mudah dan banyak tantangan yang harus dihadapi. Dibutuhkan banyak energi, baik secara fisik maupun emosional, untuk mengubah bayi menjadi dewasa, dan itu semua paralel dengan biaya besar dan pengorbanan dari orangtua. 

Di balik segala tantangan tersebut, bila diartikan sebagai anugerah dan proses pembelajaran diri, sejatinya membesarkan dan mendidik anak adalah berkah yang tak ternilai. Sesungguhnya, orangtua belajar banyak dari proses pertumbuhan anak-anak mereka tentang kehidupan. Dan di situlah arti penting sebuh keluarga harusnya termaknai, selalu bersama di saat sulit sekalipun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun