Mohon tunggu...
Survivor9007
Survivor9007 Mohon Tunggu... Pelaut - Be Happy

Stay Happy

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pilu Sarisih

28 Juli 2018   22:55 Diperbarui: 28 Juli 2018   23:32 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sarisih (42) TKW asal Lampung yang ditahan majikanya di Amman Yordania selama 15 tahun yang berhasil dibebaskan oleh pemerintah RI dan segera dipulangkan ke Indonesia, boleh jadi mewakili sebagian potret TKW yang bekerja di luar negeri. Sebelum Sarisih, sudah banyak TKW yang mendapati perlakuan serupa, bahkan lebih buruk. Sarisih bahkan tak mendapat kompensasi setimpal atas pekerjaanya. Beberapa kali berganti majikan, gajinya tak lebih besar dari rata-rata bekerja di Jakarta. Sungguh pilu nasibmu Ibu!

Kasus ini terungkap setelah putri Sarisih melapor ke pemerintah pada januari silam. Butuh waktu cukup lama untuk menemukan Sarisih, karena sang putri tak memberikan petunjuk pasti tentang keberadaan ibunya, bahkan dokumen-dokumen yang bisa membantu pun, tak ada. Akhirnya setelah 6 bulan melakuan penelusuran dan dibantu kepolisian Amman, tim direktorat PWNI dan BHI Kemenlu berhasil menemukan Sarisih. 

Kisah Sarisih memberikan pesan bahwa bekerja di luar negeri sebagai TKW, tak menjamin gaji besar dan pulang membawa banyak uang. Justru yang terjadi bisa sebaliknya. 

Namun, keinginan perempuan untuk membantu perekonomian keluarga juga tak dapat dicegah apalagi disalahkan. Seringkali kenekatan mereka berangkat ke luar negeri, berpisah dengan keluarga dalam waktu yang lama, demi memberikan dukungan ekonomi bagi keluarga. Menghidupi anak, mensekolahkan anak, dan menabung untuk kehidupan masa depan yang lebih baik. 

 15 tahun berlalu. Sarisih yang kini berada di shelter KBRI Amman, mungkin bisa tersenyum, dan tak menyangka, segala penderitaanya akan berakhir.... 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun