Mohon tunggu...
Purbo Iriantono
Purbo Iriantono Mohon Tunggu... Freelancer - Jalani inspirasi yang berjalan

"Semangat selalu mencari yang paling ideal dan paling mengakar" merupakan hal yang paling krusial dalam jiwa seorang yang selalu merasa kehausan kasih...

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Giring dan Slam Dunk Kekepoan!

25 Agustus 2020   12:15 Diperbarui: 25 Agustus 2020   22:53 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

 "Ownership and dominion are based either on natural law or human law; therefore they are not destroyed by want of faith."

Dan perjuangan beliau menjadi sangat berat, justru karena berhadapan dengan puncak semangat kolonialisme yang sedang menggebu-gebu dada para raja di Eropa. Beliau berjuang menolak digunakannya semua atribut atau argumen relijius demi pembenaran hasrat berperang atau menjajah. 

Bayangkan, seorang ulama berani melawan hasrat fiktif penyebaran agamanya sendiri; hasrat yang banyak dijadikan dalih atau topeng dari para raja kolonialis untuk menjajah kaum pribumi Asia atau Afrika. Betapa, sudah sejak di era akhir abad pertengahan ulama Eropa mengkritisi agamanya sendiri.  

Contoh lainnya, adalah Francisco Suarez, seorang Jesuit Jenius pejuang toleransi dan pemisahan kuasa gereja dan kuasa politik. Adagium Suarez terkait toleransi dan pemisahan kuasa agama dari kekuasaan politik yang terkenal dan masih relevan dengan era millenial adalah :

"There is no doubt that God is the sufficient cause and, as it were, the teacher of the natural law. But it does not follow from this that He is the lawgiver."

Banyak ajaran dari Suarez ini yang kemudian diteruskan oleh Hugo Grotius, sang pakar perintis hukum bebas kelautan.

Jadi sebenarnya siapa yang kurang menghargai Pancasila? Bahkan ideologi agama pun bisa dan mungkin untuk dikritisi; hanya mereka yang masih terfiksasi masa lampau atau yang masih diliputi prasangka tidak berdasar-lah yang selalu menyamakan "kritik membangun" dengan upaya untuk mengubah atau bahkan meniadakan. 

Sudahlah, mengapa energi besar itu tidak kita gunakan ke arah yang lebih mendesak, lebih  strategis, lebih kreatif dan lebih produktif?

Persoalan yang dihadapi pemimpin handal kian rumit ketika terdapat konflik nilai antar atau di dalam individu, kelompok dan masyarakat. Jadi bukan karena persaingan dan dominasi, melainkan karena perbedaan orientasi nilai.

Hal ini harus di bedakan karena akan berpengaruh luas pada frame cara pandang kita terhadap segala hal yang berbeda dengan kita. Meskipun sangat dimungkinkan bahwa yang awalnya karena perbedaan orientasi nilai, kemudian berlarut-larut, dan akhirnya menjelma jadi hasrat untuk mendominasi. Inilah tantangan khas untuk  the art of a leader! 

Karena ini menyangkut seluruh aspek "reevaluation of all values of his own belief". Taraf ini tidak mudah, bila bukannya tidak mungkin, berhasil diatasi oleh seorang pemimpin yang punya pandangan terlampau rijid terkait keyakinan dan kebenarannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun