Serakah anugerah wajah dari penjajah belum lagi terdedah,
kalah langsung patah! (interlude: nada kidung persembahan...)
menang jadi picu garang yang senantiasa meradang.
Bangsa ini masih terpaku 'tuk  jadi bara yang senantiasa menuruti arah dan desah angin!
Sekali lagi kuulangi,
Kutipan isi dalam buku Rumah Kaca:
( Hanya organisasi-organisasi kebangsaan di bujur "Semarang - Yogya" Â (S-Y) Â yang terus dan tetap berjuang tuk melawan Gubernemen,
sedangkan lainnya sudah termakan umpan politik kolonial 'tuk saling berebut kursi  kekuasaan di Volsraad dan segera bertiwikrama
jadi organisasi politik secara instan)
bak bara, alih-alih asap, yang tergiring dan terkobar oleh angin...
Pertanyaannya,